Kepolisian membantah menggunakan cairan kimia dalam membubarkan aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM di depan Gedung DPR RI, Jumat Lalu.
Dalam aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak di depan gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta yang berakhir ricuh Jumat lalu, setidaknya lima orang wartawan media nasional dan asing mengalami luka bakar akibat semprotan cairan kimia.
Juru Bicara Mabes Polri Irjen Saud Usman Nasution membantah pihaknya selaku penyemprot cairan kimia itu. Dia mengatakan kepolisian berjanji akan menyelidiki kasus tersebut hingga tuntas.
Saat ini pihaknya kata Saud Usman sedang mengumpulkan bukti-bukti untuk mengungkap pelaku penyemprotan itu. Ia mengatakan, "Tidak mungkin kita melemparkan zat kimia seperti itu ke massa, ga mungkin dong. Penanganan kita soft bagaimana kita mau membuat seperti itu kan. Itu kan sudah bertentangan sekali kan. Senjata pun kita tidak gunakan artinya supaya betul-betul pengamanan ini dilakukan secara soft, secara persuasif. Kedua, kita kan juga lagu TKP juga, yang jelas kita sedang melacang pelakunya."
Sementara itu, para pendemo yang diwakilo oleh Tim Pencari Fakta Gerakan Mahasiswa juga membantah sebagai penyemprot cairan kimia.
Salah satu anggota Tim Pencari Fakta dari Gerakan Mahasiswa, Rifki menjelaskan, "Para teman-teman pers pun menjadi korban dari peristiwa ini. Saya juga yakin peristiwa DPR di mana teman-teman wartawan itu menjadi korban pelemparan air keras, itu saya yakin bukan dari demonstran. Kami tidak pernah mempersiapkan hal-hal seperti itu. Teman-teman mahasiwa, buruh tidak mempersiapkan hal seperti itu."
Hasil Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Indonesia menyatakan cairan kimia yang ditemukan dalam demonstrasi penolakan kenaikan harga bahan bakar diduga asam sulfat pekat (H2SO4).
Tim Pencari Fakta Gerakan Mahasiswa mendatangi kantor Komnas HAM, hari Selasa untuk melaporkan kepolisian yang dinilai telah melakukan pelanggaran serius saat membubarkan aksi massa yang dimotori mahasiswa dan buruh itu.
Sementara itu, Wakil Ketua Komnas HAM, Ridha Saleh mengaku akan melakukan penyelidikan sehubungan dengan penanganan kepolisian terhadap unjuk rasa menentang kenaikan harga BBM yang diwarnai kekerasan.
Ridha Saleh mengatakan, "Tentu kita melihat peristiwa ini semuanya jadi peristiwa di depan DPR kemudian di Salemba, di Gambir dan di beberapa daerah, itu yang masuk secara intens melaporkan kepada Komnas HAM. Ini akan kita dalami, yang kita lihat itu kan soal tindakan aparat, yang kedua, hak-hak prosedur dari setiap warga negara atau mahasiswa yang ditahan, yang tadi dilaporkan. Mugkin terjadi seluruhnya seperti itu. Bagian dari penyelidikan yang dilakukan oleh Komnas HAM , itu akan kita lihat sekaligus."
Juru Bicara Mabes Polri Irjen Saud Usman Nasution membantah pihaknya selaku penyemprot cairan kimia itu. Dia mengatakan kepolisian berjanji akan menyelidiki kasus tersebut hingga tuntas.
Saat ini pihaknya kata Saud Usman sedang mengumpulkan bukti-bukti untuk mengungkap pelaku penyemprotan itu. Ia mengatakan, "Tidak mungkin kita melemparkan zat kimia seperti itu ke massa, ga mungkin dong. Penanganan kita soft bagaimana kita mau membuat seperti itu kan. Itu kan sudah bertentangan sekali kan. Senjata pun kita tidak gunakan artinya supaya betul-betul pengamanan ini dilakukan secara soft, secara persuasif. Kedua, kita kan juga lagu TKP juga, yang jelas kita sedang melacang pelakunya."
Sementara itu, para pendemo yang diwakilo oleh Tim Pencari Fakta Gerakan Mahasiswa juga membantah sebagai penyemprot cairan kimia.
Salah satu anggota Tim Pencari Fakta dari Gerakan Mahasiswa, Rifki menjelaskan, "Para teman-teman pers pun menjadi korban dari peristiwa ini. Saya juga yakin peristiwa DPR di mana teman-teman wartawan itu menjadi korban pelemparan air keras, itu saya yakin bukan dari demonstran. Kami tidak pernah mempersiapkan hal-hal seperti itu. Teman-teman mahasiwa, buruh tidak mempersiapkan hal seperti itu."
Hasil Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Indonesia menyatakan cairan kimia yang ditemukan dalam demonstrasi penolakan kenaikan harga bahan bakar diduga asam sulfat pekat (H2SO4).
Tim Pencari Fakta Gerakan Mahasiswa mendatangi kantor Komnas HAM, hari Selasa untuk melaporkan kepolisian yang dinilai telah melakukan pelanggaran serius saat membubarkan aksi massa yang dimotori mahasiswa dan buruh itu.
Sementara itu, Wakil Ketua Komnas HAM, Ridha Saleh mengaku akan melakukan penyelidikan sehubungan dengan penanganan kepolisian terhadap unjuk rasa menentang kenaikan harga BBM yang diwarnai kekerasan.
Ridha Saleh mengatakan, "Tentu kita melihat peristiwa ini semuanya jadi peristiwa di depan DPR kemudian di Salemba, di Gambir dan di beberapa daerah, itu yang masuk secara intens melaporkan kepada Komnas HAM. Ini akan kita dalami, yang kita lihat itu kan soal tindakan aparat, yang kedua, hak-hak prosedur dari setiap warga negara atau mahasiswa yang ditahan, yang tadi dilaporkan. Mugkin terjadi seluruhnya seperti itu. Bagian dari penyelidikan yang dilakukan oleh Komnas HAM , itu akan kita lihat sekaligus."