Lagi, 328 WNI Dievakuasi dari Sudan

  • Fathiyah Wardah

Suasana evakuasi ratusan WNI ke Pelabuhan Sudan lewat jalur darat. (foto courtesy: Kemlu RI).

Indonesia bersama puluhan negara lainnya masih terus mengevakuasi warga negara masing-masing dari Sudan, seiring memburuknya situasi di negara Afrika Timur itu.  Lebih dari 300 WNI dievakuasi hari Rabu ini.  

Setelah melakukan evakuasi tahap pertama atas 569 warga negara Indonesia (WNI) dari Khartoum dan daerah-daerah sekitarnya, kini pemerintah Indonesia melakukan evakuasi tahap kedua. Dalam jumpa pers hari Rabu (26/4), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan dalam tahap kedua ini, 328 WNI berhasil dievakuasi ke Pelabuhan Sudan lewat jalur darat.

"Di dalam evakuasi tahap kedua ini, terdapat 328 WNI (warga negara Indonesia) yang terdiri dari perempuan (29 orang), anak-anak (5 orang), dan laki-laki (294 orang). Sebagian besar adalah mahasiswa, terdapat pula PMI dengan keluarganya, dan seorang tenaga profesional airlines," kata Retno.

Dalam evakuasi tahap kedua ini, ikut serta pula tujuh warga negara asing yaitu enam warga Australia dan satu asal Sudan.

BACA JUGA: 538 WNI Dievakuasi dari Sudan

Evakuasi Kedua Lewat Jalur Darat, Salah Satu Bus Alami Kecelakaan, 3 WNI Luka

Berbeda dengan evakuasi tahap pertama yang dipimpin langsung oleh Duta Besar Indonesia untuk Sudan Soenarko, lanjut Retno, di tahap kedua ini, proses evakuasi dipimpin oleh empat staf KBRI Khartoum.

Rombongan 328 orang Indonesia tersebut diangkut menggunakan tujuh bus dan menempuh rute yang sama dengan proses evakuasi pertama, yaitu dari Khartum melewati kota Atbara dan Sawakin, sebelum sampai ke Pelabuhan Sudan. Satu daru tujuh bus yang digunakan sempat mengalami kecelakaan di kota Atbara.

"Kecelakaan tunggal ini terjadi karena kondisi jalan rusak berat dan pengemudi mengalami kelelahan, sehingga membuat bus terperosok keluar jalur. Kecelakaan ini menyebabkan tiga WNI mengalami luka-luka," ujar Retno.

Suasana evakuasi ratusan WNI ke Pelabuhan Sudan lewat jalur darat. (foto courtesy: Kemlu RI).

Ketiga WNI itu segera dilarikan ke sebuah rumah sakit di kota Pelabuhan Sudan dan hingga laporan ini disampaikan masih menjalani perawatan.

Lebih jauh Retno menjelaskan tentang nasib 569 WNI yang telah dievakuasi sebelumnya. Dari jumlah itu, 557 orang menyebrang Laut Merah dan tiba di Jeddah hari Rabu ini. Mereka akan diistirahatkan sejenak sebelum dipulangkan secara bertahap ke Indonesia. Sementara 10 staf KBRI Khartoum masih berada di Pelabuhan Sudan untuk membantu proses evakuasi tahap kedua. Dua WNI lainnya masih menunggu penyelesaian dokumen perjalanan.

Tim dari Kementerian Luar Negeri yang dipimpin Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Judha Nugraha juga sedang menyebrang dari Jeddah ke Pelabuhan Sudan, untuk membantu evakuasi tahap kedua dan menyelesaikan segala urusan terkait.

25 WNI Menolak Dievakuasi

Secara keseluruhan 897 WNI telah dievakuasi keluar dari Sudan. Awalnya tercatat ada 1.209 WNI di Sudan, tetapi setelah dilakukan pemutakhiran data – terutama melihat adanya warga yang pulang terlebih dahulu, mudik atau umrah – total WNI di Sudah diketahui mencapai 937 orang. Dari jumlah itu, 897 telah dievakuasi dari Khartoum, 15 WNI melakukan evakuasi mandiri, sementara 25 orang lainnya menolak dievakuasi karena alasan keluarga.

Retno Marsudi menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak di Sudan yang membantu kelancaran evakuasi, termasuk kepada pemerintah Arab Saudi yang memfasilitasi jalur transportasi laut dari Pelabuhan Sudan ke Jeddah.

Perebutan Kekuasaan

Pertempuran antara pasukan militer Sudan pimpinan Jendral Abdel-Fattah Burhan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces pimpinan Jendral Mohammed Hamdan Dagalo pecah pada 15 April lalu.

Kedua jendral ini sebelumnya adalah mantan sekutu yang bersama-sama merebut kekuasaan dalam kudeta militer tahun 2021, tetapi kemudian bersaing sengit memperebutkan tampuk kekuasaan.

Pasukan keamanan Sudan mengamankan upaya evakuasi warga asing, termasuk ratusan WNI, ke Pelabuhan Sudan. (foto courtesy: Kemlu RI).

Pertempuran di antara pasukan yang saling bersaing itu sejak minggu lalu itu telah menjerumuskan kota Khartoum, yang berpenduduk lebih dari lima juta orang, ke ambang kehancuran. Warga bersembunyi di dalam rumah tanpa aliran listrik, sementara dentuman bom dan letusan senjata membahana. Sebagian pihak memanfaatkan situasi dengan berkeliaran di jalan-jalan dan menjarah rumah.

Indonesia Dinilai Dapat Memediasi Pihak yang Bertikai

Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Agung Nurwijono menilai Indonesia sebenarnya bisa memainkan peran dalam upaya menghentikan perang di Sudan, walaupun porsinya bergantung pada kemauan politik pemerintah; terlebih karena Indonesia, tambahnya, juga pernah terlibat dalam misi perdamaian dan kemanusiaan di Afghanistan.

"Artinya kalau kemudian partisipasi dalam isu Sudan ini tentu kalau kita melihat, ruangnya tetap ada. Bahkan ini bisa menjadi modal Indonesia dalam mengambil langkah-langkah berikutnya," ujar Agung.

Your browser doesn’t support HTML5

Lagi, 328 WNI Dievakuasi dari Sudan

Bagi Sudan, Indonesia bukan negara baru dalam konteks menciptakan perdamaian internasional. Meskipun sesungguhnya peran lebih besar juga dapat dimainkan negara-negara Afrika, seperti Mesir dan Ethiopia, Uni Afrika dan PBB.

Agung berharap Sudan tidak terperosok menjadi seperti Libya di mana terjadi perang antar proxy. [fw/em]