Ursula von der Leyen Menangkan Jabatan 5 Tahun Kedua Presiden Komisi Eropa

  • Associated Press

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (kanan), meluapkan kegembiraannya setelah pengumuman hasil pemungutan suara di Parlemen Eropa di Strasbourg, Prancis timur, 18 Juli 2024.

Parlemen Eropa, Kamis, (18/7) memilih kembali Ursula von der Leyen untuk masa jabatan lima tahun kedua sebagai presiden komisi eksekutif Uni Eropa.

Keterpilihannya kembali ini memastikan berlanjutnya kepemimpinan untuk blok 27 negara ini yang sedang bergulat dengan berbagai krisis mulai dari perang di Ukraina hingga perubahan iklim, migrasi dan kekurangan perumahan.

Mayoritas anggota parlemen yang terdiri dari 720 kursi, memilih ketua Partai Kristen Demokrat Jerman ini setelah ia menyampaikan pidatonya di mana ia berjanji untuk menjadi pemimpin yang kuat bagi Eropa di masa krisis dan perpecahan.

"Saya tidak akan pernah membiarkan perpecahan ekstrem masyarakat kita diterima. Saya tidak akan pernah menerima bahwa orang-orang jahat dan ekstremis menghancurkan cara hidup Eropa kita. Dan saya berdiri di sini hari ini siap untuk memimpin perjuangan dengan semua kekuatan Demokrat di gedung ini," kata von der Leyen sebelum pemungutan suara.

Ia juga menyindir Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban yang berkunjung ke Rusia tak lama setelah negaranya mengambil alih kepresidenan bergilir Uni Eropa selama enam bulan.

"Apa yang disebut misi perdamaian ini tidak lain adalah misi menyenangkan hati," kata Von der Leyen dan mengatakan bahwa Eropa seharusnya tetap bahu-membahu dengan Ukraina.

Seorang anggota parlemen radikal kanan, Diana Iovanovici-Sosoaca dari Rumania, digiring keluar dari ruang parlemen karena mencemooh seorang pembicara selama debat parlemen setelah pidato von der Leyen. Iovanovici-Sosoaca sempat mengenakan apa yang tampaknya seperti moncong dan mengangkat ikon-ikon agama sebelum digiring keluar ruangan.

BACA JUGA: Para Pemimpin UE Siap Dukung Von der Leyen, Costa dan Kallas untuk Posisi-posisi Pimpinan

Selama lima tahun terakhir, von der Leyen telah memimpin blok ini melalui serangkaian krisis, termasuk keluarnya Inggris dari Uni Eropa, pandemi COVID-19, dan invasi Rusia ke Ukraina. Ia juga mendorong Kesepakatan Hijau yang bertujuan untuk membuat Uni Eropa menjadi netral iklim pada tahun 2050.

Saat debat berakhir, ia mengatakan kepada anggota parlemen: "Saya berharap mendapatkan kepercayaan dan keyakinan Anda untuk tahun-tahun berikutnya. Hidup Eropa."

Terpilihnya Von der Leyen terjadi ketika Perdana Menteri Inggris yang baru terpilih, Keir Starmer, menyambut sekitar 45 kepala pemerintahan untuk mendiskusikan migrasi, keamanan energi, dan ancaman dari Rusia ketika ia berusaha memulihkan hubungan antara Inggris dan negara-negara tetangganya di Eropa.

Para pemimpin negara Eropa telah menandatangani perjanjian dengan von der Leyen yang konservatif dari Jerman pada pertemuan puncak akhir bulan lalu.

Pencalonan kembali von der Leyen yang berusia 65 tahun ini meningkat ketika Partai Rakyat Eropa, yang mencakup Serikat Demokratik Kristen yang dipimpin von der Leyen, tetap menjadi kelompok terbesar di Parlemen Uni Eropa setelah pemilu.

Namun, terpilihnya kembali von der Leyen bukanlah kepastian karena beberapa anggota parlemen di Partai Rakyat Eropa yang beraliran tengah-kanan masih dapat memberikan suara yang menentangnya. Dia membutuhkan mayoritas langsung dari 361 suara untuk mengamankan masa jabatan kedua.

Politisi Jerman ini dipuji karena peran utamanya selama krisis virus corona, ketika Uni Eropa membeli vaksin secara kolektif untuk warganya. Namun, ia juga mendapat kecaman tajam atas ketidakjelasan dalam proses negosiasi dengan para pembuat vaksin.

Pengadilan umum Uni Eropa memutuskan pada hari Rabu bahwa Komisi Eropa tidak memberikan akses yang cukup kepada publik untuk mendapatkan informasi mengenai perjanjian pembelian vaksin COVID-19 yang diperolehnya dengan perusahaan farmasi selama pandemi.

Pemungutan suara dimulai setelah mayoritas anggota parlemen menolak mosi dari blok sayap kiri di parlemen yang menyerukan agar pemilihan ditunda hingga September sehubungan dengan putusan pengadilan itu.

Setelah pemilihan Parlemen Uni Eropa, para pemimpin Uni Eropa menyepakati para pejabat yang akan memegang posisi-posisi kunci di blok perdagangan terbesar di dunia ini dalam beberapa tahun mendatang untuk berbagai isu mulai dari investigasi antimonopoli hingga kebijakan luar negeri.

Pada pihak von der Leyen akan ada dua wajah baru: Antonio Costa dari Portugal sebagai presiden Dewan Eropa dan Kaja Kallas dari Estonia sebagai diplomat tertinggi di blok perdagangan terbesar di dunia itu.

Meskipun pencalonan Costa hanya membutuhkan persetujuan para pemimpin, Kallas juga harus disetujui oleh para anggota parlemen Eropa akhir tahun ini.

Perdana Menteri Estonia ini adalah seorang pendukung setia Ukraina dan pengecam keras Rusia di Uni Eropa dan NATO. [my/ab]