Sebanyak 36 persen warga AS yakin bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini adalah pertanda akhir jaman, sementara sisanya menyalahkan perubahan iklim.
CHICAGO —
Hampir empat dari 10 warga Amerika Serikat mengatakan bencana alam dahsyat yang terjadi akhir-akhir ini merupakan bukti bahwa dunia sudah mendekati kiamat, seperti yang diramalkan oleh Alkitab, menurut jajak pendapat yang dikeluarkan minggu lalu.
Sementara itu, sekitar enam dari 10 warga menyalahkannya pada perubahan iklim.
Survei yang dilakukan oleh Lembaga Riset Agama Publik (PRRI), bekerja sama dengan kantor berita Religion News Service menemukan ada ketidaksepakatan politik dan agama dalam menentukan sebab cuaca buruk, yang tahun ini termasuk suhu panas dan kekeringan yang ekstrem.
Sebagian besar umat Katolik (60 persen) dan Protestan bukan penginjil berkulit putih (65 persen) mengatakan mereka yakin angin topan dan banjir merupakan akibat dari perubahan iklim.
Nampun hampir sepertiga (65 persen) warga kulit putih yang Protestan penginjil mengatakan mereka merasa badai-badai yang telah terjadi merupakan bukti “akhir jaman” seperti yang diramalkan Alkitab.
Secara keseluruhan, 36 persen merujuk pada kiamat sementara 63 persen menyalahkan perubahan iklim.
Direktur riset PRRI Daniel Cox mengatakan bahwa beberapa responden, termasuk 75 persen Protestan yang tidak berkulit putih, yakin bahwa cuaca ekstrem adalah gabungan dari pertanda akhir jaman dan akibat perubahan iklim.
“Tidak ada yang yakin bagaimana rupa kiamat dan bagaimana Tuhan akan melakukannya,” ujar Cox.
Politik juga mewarnai persepsi cuaca, menurut survei tersebut. Lebih dari tigaperempat pendukung Partai Demokrat dan enam dari 10 warga independen yakin cuaca telah lebih ekstrem dalam beberapa tahun terakhir, sementara kurang dari setengah pengikut Partai Republik yang memiliki pandangan tersebut.
Periode Januari sampai November tahun ini memegang rekor cuaca terpanas di AS selama ini, menurut Lembaga Kelautan dan Atmosfer Nasional.
Sebagian besar ilmuwan iklim yakin bahwa cuaca yang semakin panas di AS dan di dunia terkait dengan aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar minyak.
Badai ekstrem seperti Sandy, berikut kekeringan yang intens, kebakaran dan banjir, diproyeksikan oleh sebagian pihak sebagai akibat perubahan iklim, meski para ilmuwan enggan menunjuk peristiwa tertentu pada pemanasan global.
Survei PRRI menunjukkan bahwa meski ada ketidaksepahaman mengenai sebab pemanasan global, ada kesepakatan yang luas mengenai pentingnya melakukan tindakan. (Reuters/Mary Wisniewski)
Sementara itu, sekitar enam dari 10 warga menyalahkannya pada perubahan iklim.
Survei yang dilakukan oleh Lembaga Riset Agama Publik (PRRI), bekerja sama dengan kantor berita Religion News Service menemukan ada ketidaksepakatan politik dan agama dalam menentukan sebab cuaca buruk, yang tahun ini termasuk suhu panas dan kekeringan yang ekstrem.
Sebagian besar umat Katolik (60 persen) dan Protestan bukan penginjil berkulit putih (65 persen) mengatakan mereka yakin angin topan dan banjir merupakan akibat dari perubahan iklim.
Nampun hampir sepertiga (65 persen) warga kulit putih yang Protestan penginjil mengatakan mereka merasa badai-badai yang telah terjadi merupakan bukti “akhir jaman” seperti yang diramalkan Alkitab.
Secara keseluruhan, 36 persen merujuk pada kiamat sementara 63 persen menyalahkan perubahan iklim.
Direktur riset PRRI Daniel Cox mengatakan bahwa beberapa responden, termasuk 75 persen Protestan yang tidak berkulit putih, yakin bahwa cuaca ekstrem adalah gabungan dari pertanda akhir jaman dan akibat perubahan iklim.
“Tidak ada yang yakin bagaimana rupa kiamat dan bagaimana Tuhan akan melakukannya,” ujar Cox.
Politik juga mewarnai persepsi cuaca, menurut survei tersebut. Lebih dari tigaperempat pendukung Partai Demokrat dan enam dari 10 warga independen yakin cuaca telah lebih ekstrem dalam beberapa tahun terakhir, sementara kurang dari setengah pengikut Partai Republik yang memiliki pandangan tersebut.
Periode Januari sampai November tahun ini memegang rekor cuaca terpanas di AS selama ini, menurut Lembaga Kelautan dan Atmosfer Nasional.
Sebagian besar ilmuwan iklim yakin bahwa cuaca yang semakin panas di AS dan di dunia terkait dengan aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar minyak.
Badai ekstrem seperti Sandy, berikut kekeringan yang intens, kebakaran dan banjir, diproyeksikan oleh sebagian pihak sebagai akibat perubahan iklim, meski para ilmuwan enggan menunjuk peristiwa tertentu pada pemanasan global.
Survei PRRI menunjukkan bahwa meski ada ketidaksepahaman mengenai sebab pemanasan global, ada kesepakatan yang luas mengenai pentingnya melakukan tindakan. (Reuters/Mary Wisniewski)