Gigitan nyamuk dapat merenggut nyawa ratusan ribu manusia setiap tahunnya, dengan menyebarkan mikroba yang menyebabkan berbagai penyakit menular seperti malaria, demam berdarah, dan sakit kuning.
Kini para peneliti telah memanfaatkan suara nyamuk tersebut untuk membangun sebuah aplikasi ponsel, atau peralatan elektronik yang menggunakan sistim operasi iOS atau android, yang dapat membantu memonitor keberadaan serangga yang mematikan ini.
Haripriya Vaidehi Narayanan mengatakan pengguna ponsel manapun dapat membantu mengatasi penyakit-penyakit tersebut dengan menggunakan aplikasi “Abuzz” untuk dapat mengidentifikasi nyamuk.
Katanya apabila pengguna melihat nyamuk di sekitar mereka, pengguna tinggal mengaktifkan aplikasi di ponsel, mengarahkannya ke nyamuk tersebut, dan menekan tombol rekam.
Narayanan mulai mengerjakan proyek ini saat ia masih kuliah mengambil gelar S-2 di Universitas Stanford. Kini ia bekerja di Departemen Imunologi, di Universitas California, Los Angeles.
“Ketika nyamuk mengepakkan sayapnya dan mulai terbang, dia menimbulkan suara denging yang menyebalkan…suara itu yang kemudian direkam oleh aplikasi Abuzz,” kata Narayanan.
Banyak penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk belum ditemukan obat atau vaksinnya. Jadi, mennarget nyamuk itu merupakan pendekatan yang terbaik untuk mengendalikan penyakit tersebut.
“Jika kita ingin menanggulangi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, seperti malaria dan dengue, Langkah yang paling penting adalah mengetahui keberadaan nyamuk,” paparnya.
Namun untuk mengawasi nyamuk secara tradisional akan memakan waktu lama dan mahal karena memerlukan penggunaan perangkap yang cukup rumit serta tenaga ilmuwan yang terlatih untuk mengidentifikasi serangga kecil tersebut.
BACA JUGA: Wolbachia Turunkan Kasus Demam Berdarah Hingga 77 PersenManu Prakash, profesor bioteknologi di Universitas Stanford dan peneliti utama proyek tersebut, mengatakan di antara 3.500 jenis nyamuk di dunia, hanya 40 yang berbahaya bagi manusia.
Berdasarkan penelitian timnya, setiap nyamuk saat menggerakkan sayapnya untuk terbang akan mengeluarkan suara dengingan yang khas untuk setiap jenis yang berbeda. Ini merupakan kunci untuk mengetahui apabila nyamuk tersebut berbahaya atau tidak.
Para pengguna aplikasi Abuzz cukup merekam suara nyamuk dalam ponsel mereka selama satu atau dua detik. Aplikasi tersebut lalu membandingkan suara rekaman itu dengan pangkalan data (database) dan menentukan kemungkinan besar jenis nyamuk tersebut.
Your browser doesn’t support HTML5
Karena alat yang digunakan, ponsel atau ponsel pintar apapun, sudah dimiliki setiap orang, tim peneliti mengatakan mereka dapat memonitor nyamuk dalam skala yang jauh lebih besar daripada yang memungkinkan sebelumnya.
“Ini cara yang tidak memerlukan ponsel pintar canggih. Ponsel minimalis yang standar pun sebenarnya sudah cukup,” ujarnya.
Dengan melakukan urun daya (crowdsourcing) informasi tentang nyamuk dari seluruh pelosok dunia, aplikasi ini akan membangun peta lokasi tempat ditemukan nyamuk yang berbahaya. Ini akan membantu para ilmuwan dan petugas kesehatan memprediksi tempat-tempat di mana kemungkinan terjadi wabah dan di mana harus menarget pengendalian nyamuk.
Prakash percaya bahwa keterlibatan komunitas semacam ini merupakan kunci untuk mengatasi masalah besar seperti penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
Prakash mengatakan bahwa makin banyak orang yang terlibat, makin baik kinerja aplikasi tersebut. Jadi, apabila setiap hari ratusan ribu orang merekam suara nyamuk di seluruh dunia, hal itu akan membentuk semacam komunitas yang diperlukan.
BACA JUGA: Peneliti Brazil Modernisasi Perangkap NyamukAplikasi ponsel Abuzz tersebut akan tersedia untuk diunduh secara gratis dalam waktu satu atau dua bulan. Informasi lebih lengkap dapat ditemukan melalui situs www.abuzz.standford.edu.
Sekelompok peneliti lain pada Universitas Oxford di Inggris kini sedang mengembangkan aplikasi ponsel serupa yang diberi nama Mozzwear. Aplikasi tersebut dapat mengidentifikasi jenis nyamuk melalui suaranya.
Walau suara tersebut dapat membuat kita lekas ingin memukul serangga yang mengganggu itu, para peneliti berharap kita akan mengeluarkan ponsel dan merekam suaranya terlebih dahulu. [aa/lt/ft]