Kepala Bank Pembangunan Asia (ADB) mengatakan Rabu (26/11) ia siap bekerja dengan China dalam peminjaman investasi infrastruktur baru yang diusulkan Beijing, meski ada ketakutan hal itu dapat merongrong lembaganya.
ADB yang berpusat di Manila terlalu besar dan mapan untuk diancam oleh peminjam yang diusulkan, ujar Takehiko Nakao dalam forum koresponden asing di Filipina.
"Jika AIIB (Bank Investasi Infrastruktur Asia) mapan, kami sangat senang bekerja sama secara pantas," ujarnya, menambahkan bahwa kedua bank mungkin bisa bersama-sama membiayai proyek-proyek.
Bulan lalu, China dan 20 negara Asia lainnya menandatangani nota kesepahaman untuk mendirikan AIIB, lembaga dengan pengembangan yang didorong oleh China dan akan berpusat di Beijing, menurut kantor berita China, Xinhua.
Namun skema peminjam tersebut dilihat sebagai saingan potensial bagi lembaga-lembaga yang didominasi Barat dan Jepang, seperti Bank Dunia dan ADB.
Pemerintah Jepang telah memperlihatkan keprihatinannya, sementara Amerika Serikat dilaporkan sangat menentang AIIB, yang oleh beberapa analis dilihat sebagai alat untuk memperluas pengaruh China dengan mengorbankan Amerika.
Nakao, yang mengatakan belum melakukan kontak formal apapun dengan Beijing mengenai proposal tersebut, mengatakan "dapat dipahami" jika negara-negara Asia ingin lembaga semacam itu karena kebutuhan wilayah yang sangat besar atas pembiayaan infrastruktur.
Ia mengatakan Asia memerlukan US$800 miliar per tahun dalam pendanaan infrastruktur untuk energi dan pelabuhan. Dari 20 negara yang menandatangani nota AIIB, hanya India dan Singapura yang dianggap ekonomi besar.
Namun Nakao menekankan bahwa ADB selalu aktif dalam infrastruktur, bahkan juga mendukung layanan-layanan sosial sebagai bagian dari misi mengurangi kemiskinan.
"Fokus ADB selalu pada infrastruktur," ujarnya. (AFP)