Agenda Baru Perkotaan UN Habitat III Sudah Diterapkan oleh Kota Surabaya 

  • Petrus Riski

Peserta Prepcom 3 UN Habitat III sedang mengikuti pleno. (VOA/Petrus Riski)

Sidang ke-3 Komite Persiapan Konferensi PBB ke-3 untuk permukiman dan pembangunan berkelanjutan atau The Third Session of the Preparatory Committee for Habitat III (Prepcom 3 UN Habitat III) di Surabaya, mendapat apresiasi dari berbagai pihak, terlebih dengan telah dijalankannya agenda baru perkotaan atau New Urban Agenda oleh Kota Surabaya.

Prepcom 3 UN Habitat III di Surabaya menjadi panggung bagi Kota Surabaya, untuk menunjukkan peran serta semua pihak dalam mewujudkan permukiman yang layak, serta pembangunan kota yang berkelanjutan. Penataan kampung yang lebih bersih dan sehat, menjadi kunci tertatanya permukiman di Surabaya.

Your browser doesn’t support HTML5

Agenda Baru Perkotaan UN Habitat III Sudah Diterapkan oleh Kota Surabaya

Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan, upaya pemerintah bersama seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan Surabaya kota yang nyaman untuk ditinggali, diawali dengan penyediaan hunian yang layak. Rumah susun dipilih untuk merelokasi warga yang tinggal di lokasi yang tidak layak huni atau rawan bencana, sementara kampung dikelola secara baik.

“Sekarang mereka semua lihat bahwa ternyata memang sudah dikerjakan di Surabaya," kata Tri Rismaharini. "Misalkan kemarin, kenapa rumah itu harus mahal, salah satu yang kemarin alot dibahas itu. Saya ngomong di Surabaya nggak mahal, saya bilang saya bisa siapkan rumah susun dengan harga lima dollar saya bilang gitu, kurang lima dollar, tiga dollar lah. Mereka bingung kan lima puluh ribu (rupiah), gimana caranya, ya Pemerintah Kota harus subsidi memang kalau untuk kita mau ngomong tidak ada perumahan kumuh. Kemudian kita juga upgrading kampung-kampung itu sehingga tidak menjadi kumuh lagi, itu sudah bisa kita buktikan.”

Penataan permukiman kumuh masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah kota, meski banyak kampung dan permukiman warga telah ditata. Pengelolaan kota yang baik menurut Ketua DPRD Kota Surabaya, Armuji, harus tetap mengedepankan penataan permukiman tanpa harus selalu memindahkan. Rekomendasi Prepcom 3 ini akan didorong untuk bisa dilaksanakan pula di Surabaya.

“Rekomendasi khususnya itu untuk penataan-penataan kampung kumuh, kalau kita melihat di beberapa tempat ada di Thailand itu penataan kampung kumuhnya toh, terutama mereka yang di pinggiran sungai atau memang yang di kampung, itu ditata sedemikian rupa kan bisa bagus. Tidak harus memindahkan orang itu keluar tapi tetap disitu, ditata yang kira-kira bisa untuk menjaga lingkungan dan dilihat juga enak dan tertata dengan baik," ucapnya.

Pengelolaan kota berbasis lingkungan menjadi syarat penting untuk mewujudkan permukiman yang nyaman. Titok Prastianobaya, Kepala Seksi Penataan Lingkungan Permukiman Kawasan Kumuh, Dinas Cipta Karya dan Perumahan Kota Banjarmasin mengatakan, penyediaan ruang terbuka hijau yang mencukupi akan terus dilakukan di Banjarmasin, mencontoh keberhasilan Surabaya dalam hal menghijaukan kotanya.

“Saya melihat bahwa iklim juga akan menjadikan fungsi kelayakan untuk bisa hidup di perkotaan, kalau itu ada sumbangsih dari keseimbangan vegetasi, contohnya taman-taman yang ada di Surabaya saya pikir itu harus dilaksanakan di Banjarmasin, dan itu memerlukan pengamatan kita bahwa Banjarmasin sampai sekarang ini masih harus tetap meningkatkan mengenai RTH (ruang terbuka hijau) kawasan lingkungan maupun RTH kawasan kota,” ujar Titok.

Pengelolaan perkotaan dan drainase Kota Surabaya yang dinilai cukup baik, menjadi referensi Kota Palembang untuk melakukan perbaikan dalam pembangunan kota. Demikian pernyataan Serry Davizan, Staf Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Kota Palembang.

“Kalau untuk Kota Surabaya saya lihat cukup bagus untuk jadi referensi, mungkin kalau untuk sisi perencanaan pembangunan kota sama perencanaan drainase cukup bagus dan lumayan bagus, Palembang pun masih banyak belajar ke Surabaya," kata Serry.

Sementara itu Regional Team Leader Inclusive Growth, United Nationa Development Programme (UNDP), Joseph D’Cruz mengungkapkan, ada banyak perubahan pada Kota Surabaya yang terus melakukan pembangunan, sehingga menjadi salah satu kota kelas dunia yang nyaman ditinggali oleh siapa pun yang datang.

“Saya pertama kali datang ke Surabaya mungkin sekitar 15 tahun yang lalu, dan di sini di mana saya datang kembali sekarang, saya melihat perubahan kota yang sangat baik," ujarnya. "Jauh lebih bersih, lebih berkembang, jauh lebih indah, banyak taman di sepanjang pinggir sungai yang sangat bagus, yang bisa digunakan oleh orang-orang untuk sekedar datang dan bersantai. Jadi saya pikir perkembangan kota ini sudah sangat baik, kelas dunia.”