Ahmadiyah Depok Jalani Ramadan dalam Senyap

  • Rio Tuasikal

Masjid Al Hidayah di Sawangan, Depok, disegel pemerintah Kota Depok sejak 2011 meski telah memiliki IMB. (Foto: Rio Tuasikal/VOA)

Ketika umat Muslim khusyu menjalani ibadah Ramadan, tidak semua kalangan bisa beribadah dengan tenang. Komunitas Ahmadiyah di Depok, Jawa Barat, harus beribadah dalam senyap setelah masjidnya kembali disegel pemerintah kota. Bagaimana jemaah menjalani Ramadan di sana?

Tidak ada salat tarawih. Tidak ada buka bersama. Tidak ada pesatren kilat. Suasana Ramadan nampak begitu berbeda di masjid Al Hidayah milik jemaah Ahmadiyah ini.

Masjidnya kosong, karpet sajadah tergulung rapi. Rongga-rongga ventilasi diselimuti debu. Kalender tahun 2017 masih terpasang, menandakan masjid sudah lama tidak digunakan.

Mubaligh Ahmadiyah Depok, Abdul Hafidz, menceritakan masjid biasanya ramai saat Ramadan, seperti masjid-masjid lainnya.

Ruangan masjid Al Hidayah nampak kosong dan lama tidak digunakan. (Foto: Rio Tuasikal/VOA)

"Biasanya kan ada tadarus Quran, anak-anak bisa belajar al-Quran, belajar salat, biasanya ada pra-madrasah, ada madrasah. Jadi kita masih menggunakan ruang-ruang yang di luar masjid,” terangnya ketika ditemui di lokasi.

Pemkot Depok Segel Ulang Masjid Ahmadiyah

Masjid Al Hidayah di Sawangan, Depok, disegel ulang oleh pemerintah kota pada Oktober 2021. Pemkot berdalih plang segel sudah pudar dan harus diganti yang baru. Penyegelan ulang itu dilakukan satpol PP, yang datang bersama kelompok intoleran.

Masjid Al Hidayah berdiri sejak 1999 dan telah mengantongi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada 2007. Namun pemerintah Depok menyegel masjid pada 2011 setelah kelompok tertentu menolak keberadaan masjid.

Anggota Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) membagikan takjil gratis di depan masjidnya yang disegel. (Foto: Rio Tuasikal/VOA)

Abdul mengatakan, masjid ini adalah satu-satunya masjid Jamaah Ahmadiyah Indonesia yang melayani sekitar 400 anggota se-Depok. Ditambahkannya, seluruh jemaah merasa kecewa karena tidak bisa menjalani Ramadan dengan berkegiatan di masjid.

"Memang di situasi seperti ini mau nggak mau harus banyak bersabar karena kondisi masjid Ahmadiyah Depok masih ada plang segelnya. Seperti itu keterbatasan-keterbatasannya,” ujarnya.

Pengurus masjid, kata Abdul, memfasilitasi kegiatan anak-anak di bangunan di belakang masjid. Ada pun pesantren kilat dilaksanakan secara online.

BACA JUGA: Organisasi Sipil Tolak Rencana Pembongkaran Masjid Ahmadiyah di Sintang

Dia menekankan, seluruh kegiatan yang digelar oleh pengurus hanya untuk kalangan internal.

"Jadi hanya internal saja, tidak kemudian dengan syiar keluar, kemudian memaksakan (keyakinan), tidak ada,” pungkasnya.

Salah seorang jemaah, Mutia Siddiqa Mukhsin, mengaku rindu berkegiatan di masjid. Dia biasa mengikuti pengajian seminggu sekali bersama kelompok ibu-ibu.

Namun penyegelan masjid membuatnya tidak tenang dalam menjalani Ramadan tahun ini.

Penganut Ahmadiyah melaksanakan salat dzuhur berjamaah usai peringatan Isra Mi'raj di Bandung, Jawa Barat, Rabu, April 2019. (VOA/Rio Tuasikal)

“Harusnya kita mempergunakan masjid secara utuh, tapi ya kayak gini, jadi rasanya sedih,” kisahnya kepada VOA.

Dia mengatakan, meski berusaha khusyuk beribadah, dia selalu dihantui perasaan tidak tenang.

"Kita tuh ingin seperti masjid-masjid yang lain. Mau salat mau tadarus, mau salat berjamaah tuh normal gitu. Nggak ada kan masjid ada tulisan 'kegiatan disegel’? Jadi kami ingin normal sama seperti yang lain,” harapnya.

BACA JUGA: SETARA Institute Kecam Perusakan Masjid Ahmadiyah di Sintang

Bagaimanapun, bulan Ramadan menjadi sarana meningkatkan ibadah, ujar Mutia. "Kita jadikan momen untuk sama-sama berdoa. Sama-sama makin kompak, makin kuat, dan mudah-mudahan dari doa kita semua Allah SWT memberikan karunia kita bisa menggunakan masjid lagi,” doanya.

Di sela-sela ibadah Ramadan, Mutia tak lupa menyematkan doa.

Seorang perempuan berjalan melewati masjid milik kelompok Ahmadiyah yang disegel oleh pihak berwenang di Jakarta Selatan, 9 Juli 2015. (Foto: Reuters)

“Kami hanya ingin beribadah dengan tenang di masjid kami, tanpa ada segel, tanpa ada persekusi, jadi biarkan kami menghadap Allah SWT dengan ketenangan,” harapnya.

Senada, Abdul juga memiliki harapan yang sama.

“Kita ibadah itu ingin tenang, tidak ada persekusi, intimidasi, atau apapun dari pihak mana pun. Itu sih yang kasih kami rasakan." [rt/em]