Aksi Intoleran Melonjak Pasca Referendum di Inggris

  • Associated Press

Polisi meninggalkan gedung Asosiasi Sosial Budaya Polandia, tempat adanya grafiti yang menyerukan orang-orang Polandia untuk pulang ke negaranya, di Hammersmith, London (27/6). (Reuters/Neil Hall)

Orang-orang Eropa Timur, Muslim, bahkan Amerika dan Jerman telah melaporkan aksi intimidasi dan pelecehan.

Sebuah keluarga Eropa Timur di Rugby, Inggris, mendapati kotoran anjing ditaruh di kotak pos mereka. Seorang warga Kondon hampir terlibat perkelahian karena teriakan pemabuk yang rasialis dalam gerbong kereta bawah tanah yang padat. Seorang remaja Polandia di Gloucestershire diejek dengan ancaman deportasi di sekolahnya.

Menyusul hasil referendum untuk meninggalkan Uni Eropa, Inggris menghadapi lonjakan xenofobia dalam bentuk ejekan, ancaman dan lebih buruk lagi. Untuk banyak orang, Inggris tiba-tiba menjadi tempat yang sangat menakutkan.

"Sebelum Jumat, kita hidup dalam masyarakat yang toleran," ujar Oana Gorcea, warga Rumania yang telah tinggal di Inggris sejak ia remaja. "Saya telah hidup di sini 13 tahun, tapi tidak pernah merasa seperti harus menyembunyikan tempat asal saya. Tapi sejak Jumat, semuanya betul-betul berubah."

Gorcea, yang bekerja di sebuah perusahaan multinasional di Rugby, sekitar 135 kilometer dari London, mengatakan jalanan rumahnya dipatroli oleh orang-orang yang berkeliling dan mencoba mengintimidasi orang-orang non-kulit putih non Inggris."

Kisah Gorcea dan yang lainnya menggema di media sosial selama berhari-hari. Orang-orang Eropa Timur, Muslim, bahkan Amerika dan Jerman telah melaporkan aksi intimidasi dan pelecehan.

Para wartawan Inggris di seluruh negeri telah melihat langsung lonjakan rasialisme.

Dewan Kepala Polisi Nasional mengatakan ada peningkatan 57 persen dalam laporan kejahatan kebencian dalam empat hari terakhir, dibandingkan dengan periode yang sama bulan lalu.

Dewan Muslim Inggris mengatakan "ratusan kejahatan kebencian" telah dilaporkan dari seluruh negeri. [hd/dw]