Aktivis hak perempuan Firliana Purwati memiliki misi untuk meyakinkan perempuan Indonesia bahwa menuntut persamaan di tempat tidur dapat membantu mereka mendapat persamaan hak di dunia kerja dan di politik.
Cara pendekatan Firliana dianggap tidak konvensional di negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, di mana pembicaraan terbuka tentang hal-hal yang menyangkut seks masih dianggap tabu.
Firliana mengatakan, menurut laporan kantor berita Reuters, jika perempuan cukup berani untuk menyampaikan tuntutan mereka di tempat tidur, kemungkinan mereka juga akan lebih berani mempertahankan hak mereka di luar kamar tidur.
Firliana, yang dijuluki “Perempuan Orgasme” mengatakan, dengan berbicara secara terbuka tentang seks, dia berharap bisa memicu diskusi tentang hal-hal seperti “tes keperawanan” bagi perempuan yang ingin menjadi anggota polisi atau militer, dan tentang kebiasaan sunat, yang di luar negeri disebut “mutilasi alat kelamin perempuan.”
“Tubuhmu dan kenikmatan seks adalah milikmu, dan bukan urusan pemerintah,” kata Firliana, yang berumur 39 tahun.
Buku yang diterbitkannya tahun 2010 berjudul “Proyek O (Orgasme)” laku keras, dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun lalu.
Indonesia ada di peringkat 92 dari 145 negara dalam Indeks Kesenjangan Gender 2015 dari Forum Ekonomi Dunia akibat nilai buruk dalam partisipasi dan kesempatan ekonomi.
Firliana, yang sehari-hari bekerja di sektor pembangunan termasuk penanganan bencana, mengatakan kampanye yang dilakukannya adalah untuk menghapus apa yang disebutnya “obsesi” banyak orang Indonesia tentang “keperawanan”. Kampanye Firliana itu juga menarik perhatian banyak laki-laki, dan lebih dari separuh pengikutnya di Facebook adalah laki-laki, kata Reuters.
“Selama ini susah sekali mengajak laki-laki supaya ikut dalam gerakan perempuan, tapi kalau menyangkut seks, mereka (laki-laki) segera ikut dengan antusias,” kata Firliana sambil tertawa.
Firliana sekarang sedang menulis bukunya yang kedua tentang seks dan politik. [isa/sp]