AL Bangladesh Bawa Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Pengungsi Rohingya tiba di Pulau Bhashan Char di Teluk Bengal, Bangladesh, 29 Desember 2020. (Foto: AP)

Tujuh kapal Angkatan Laut Bangladesh yang membawa lebih dari 1.800 pengungsi Rohingya tiba di pulau terpencil, tempat mereka dipindahkan, Selasa (12/29), meskipun ada kekhawatiran di kalangan berbagai organisasi HAM terkait keselamatan mereka.

Mereka mencapai pulau Bhashan Char, 34 km dari daratan, setelah menempuh empat jam perjalanan dari pelabuhan kota Chittagong, kata seorang pejabat.

Ia mengatakan, pihak berwenang di pulau itu menerima kedatangan 433 laki-laki, 532 perempuan dan 848 anak-anak.

Pihak berwenang bersikeras semua pengungsi itu bersedia untuk direlokasi dan tidak mendapat tekanan. Namun beberapa kelompok aktivis dan HAM mengatakan mereka dipaksa untuk direlokasi.

Ini merupakan kelompok pengungsi Rohingya kedua yang dipindahkan ke pulau dari kamp pengungsi yang padat dan kotor di distrik Cox’s Bazaar di daratan.

BACA JUGA: Bangladesh Mulai Merelokasi Sekitar 1.000 Pengungsi Rohingya

Pihak berwenang Bangladesh mengirim 1.642 pengungsi dalam kelompok pertama pada awal Desember meskipun kelompok HAM menyerukan untuk menghentikan relokasi.

Pejabat itu mengatakan, pihak berwenang awalnya memperkirakan akan merelokasi sekitar 1.200 pengungsi, tetapi 1.804 orang memilih untuk dipindahkan.

Pulau itu baru muncul 20 tahun lalu dan belum pernah dihuni.

Pulau itu sering terendam banjir pada musim hujan namun kini telah dilengkapi dengan tanggul penghadang banjir, perumahan, rumah sakit dan masjid yang dibangun dengan biaya lebih dari $ 112 juta oleh Angkatan Laut Bangladesh.

Fasilitas di pulau Bhashan Char dirancang untuk menampung sekitar 100 ribu orang, hanya sebagian kecil dari jutaan Muslim Rohingya yang melarikan diri dari gelombang kekerasan di negara asal mereka di Myanmar yang kini tinggal di kamp-kamp pengungsi Cox’s Bazaar.

Badan bantuan internasional dan PBB telah menentang relokasi sejak diusulkan kali pertama pada tahun 2015. Mereka menyatakan cemas bahwa sebuah badai besar dapat menyapu pulau tersebut dan membahayakan ribuan orang. [lj/uh]