Unik kedengarannya ketika mendengar alunan musik dangdut di sebuah studio kebugaran yang terletak di daerah Gaithersburg di negara bagian Maryland, Amerika Serikat. Studio kebugaran seluas 371 meter persegi ini bernama Spotlight Studio Dance and Fitness, yang didirikan oleh warga Indonesia, Mourina Amalia, yang akrab disapa Mourin.
Sebelumnya Mourin bekerja sebagai instruktur olah raga Zumba yang merupakan kombinasi aerobik dan dansa latin. Setelah tiga tahun menjadi instruktur di enam studio kebugaran di daerah Washington, D.C., akhirnya ia memutuskan untuk membuka studio sendiri pada bulan December 2014.
“Sebenarnya niat awalnya mau buka di Jakarta. Bareng sama sepupu,” papar perempuan kelahiran tahun 1976 ini kepada reporter VOA, Ronan Zakaria, baru-baru ini.
Namun, karena berbagai kesibukan yang harus dilakoni sang sepupu, akhirnya Mourin memutuskan untuk menabung dan membuka studio sendiri di Amerika, dengan harapan bisa membuka cabang di Indonesia nantinya.
“Saya punya banyak ide-ide yang kalau punya studio sendiri saya menumpahkannya enak. Kalau sama orang lain belum tentu mereka suka atau akan menerima ide-ide saya,” ujar perempuan yang berdomisili di Amerika sejak 15 tahun terakhir ini.
Saat ini Spotlight Studio Dance and Fitness memiliki 14 instruktur yang memimpin berbagai kelas olah raga, tidak hanya Zumba tetapi juga yoga, aerobic, dan berbagai jenis kelas tari yang cocok untuk murid dari segala umur dengan tingkat kebugaran jasmani yang berbeda.
“Saya akan menawarkan social dance program. Kita benar-benar mempelajari tentang latin dance ballroom, bukan untuk fitness,” kata perempuan yang juga merangkap sebagai pengajar tari dan project manager untuk sebuah sanggar tari dan kebudayaan ‘Gamelan Wrhatnala USA di Washington, D.C. ini.
Your browser doesn’t support HTML5
“Juga kita menawarkan hip hop program untuk anak-anak, Zumba buat anak-anak, dan juga Indonesian traditional dance,” lanjut Mourin
Melalui studio kebugaran miliknya ini, Mourin juga memperkenalkan kebudayaan Indonesia. Salah satunya melalui musik dangdut yang kerap kali mengiringi kelas aerobik dan tari yang ia pimpin.
“Mereka (murid) belum pernah dengan musik dari Indonesia. Untuk dangdut saya lebih pilih dangdut yang masih ada unsur-unsur dangdutnya. Enggak terlalu techno. Kan banyak ya, musik-musik dangdut yang sudah terlalu techno, jadi khas dangdutnya sendiri hilang,” jelas ibu dari dua anak ini.
Tanggapan dari para murid Mourin mengenai musik dangdut ternyata sangat positif. “Mereka suka. Malah mereka jadi curious, kayak apa sih tarian Indonesia? Dangdut itu kayak apa? Karena sebenarnya dangdut itu kan hampir mirip kayak Bollywood, juga kayak setengah Belly Dance, karena banyak gerakan-gerakan pinggul,” papar Mourin.
Menurut perempuan yang hobi menari, menyanyi, dan olah raga ini, mengelola bisnis studio kebugaran di Amerika bisa dikatakan sebagai bisnis yang menjanjikan.
“Apalagi kalau lagi bulan-bulan Januari, Februari, mereka (murid) persiapan untuk musim panas. Tinggal bagaimana kreatifitas kitanya saja dan juga bagaimana kita memilih instruktur yang kerja sama kita. Intruktur itu ribuan, banyak. Tapi yang punya kualitas bagus itu enggak banyak,” papar Mourin.
Hobi olah raga sebenarnya sudah tumbuh sejak dini. Mourin dibesarkan dalam keluarga yang mewajibkan olah raga. Almarhum ayahnya adalah seorang petinju, sedangkan kakak dan adiknya adalah binaragawan. Ia pernah mengikuti berbagai kejuaraan olah raga seperti pencak silat, karate, dan aerobik di Indonesia.
“Saya punya lebih dari 200 piala dari aerobik dan karate,” kenang Mourin.
Dirinya juga memiliki pengalaman mengajar olah raga di berbagai instansi pemerintah di Indonesia, seperti di departemen penerangan dan departemen kepolisian gegana. Melalui studio kebugaran miliknya ini, Mourin ingin membantu para muridnya agar tetap bugar dan sehat.
“Kita mau memotivasi para murid untuk mencapai fitness goal mereka,” kata Mourin menutup wawancara dengan VOA.