Tes darah umum sering digunakan untuk memeriksa kemungkinan kanker prostat, namun Scott Tomlins,peneliti dari Universitas Michigan, mengatakan tes itu memiliki keterbatasan.
"Tes PSA, prostate-specific antigen, seperti namanya, adalah tes yang sangat spesifik untuk jaringan prostat, tapi tidak khusus untuk kanker prostat," ujarnya.
Pria dengan skor PSA tinggi atau meningkat mungkin terkena kanker prostat. Tetapi, hasil PSA juga bisa berarti kelenjar prostat membesar walaupun bukan berkanker.
Jadi, dokter sering merekomendasikan biopsi prostat dengan jarum. Prosedur ini tidak menyenangkan, bahkan yang lebih buruk, prosedur itu sering tidak memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana cara merawat pasien.
Jadi, Tomlins dan koleganya mengevaluasi sebuah tes baru yang dapat mengidentifikasi kelainan genetik yang berhubungan dengan kanker.
Ia mengatakan, "Tes itu menggabungkan dua gen, TMPRSS2 dan ERG yang berfungsi sebagai tombol untuk menghidupkan dalam prostat. Itulah yang dilakukan TMPRSS2, dan ERG adalah gen yang menyebabkan sel-sel menjadi kanker. Jadi pada dasarnya kita menghidupkan gen buruk dalam prostat.”
Tomlins mengatakan pasangan gen ini unik untuk kanker prostat, tidak muncul dalam jaringan prostat normal, dan tidak ditemukan pada kanker lain. Tetapi, pasangan gen itu tidak muncul pada semua pasien.
Dalam penelitian baru ini para peneliti menguji air seni pasien untuk melihat TMPRSS2; ERG ditambah PCA3, penanda genetik lain yang terkait kanker prostat.
Para pria dalam penelitian itu memiliki tingkat PSA yang mencurigakan dan telah dirujuk untuk biopsi jarum.
Para peneliti menemukan bahwa tes air seni membantu memprediksi apakah nilai PSA tinggi disebabkan oleh kanker, dan juga membantu memprediksi seberapa agresif kanker tersebut.
Tetapi menurut Tomlins, meskipun tes baru itu dapat membantu dokter membuat diagnosis dan panduan pengobatan, tes itu memiliki keterbatasan.
"Saya pikir gagasan bahwa kita akan memiliki tes yang 100 persen khusus untuk kanker, yang 100 persen sensitif, dan hanya akan mengidentifikasi jenis kanker yang agresif dan perlu diobati – masih sangat jauh. Saya tidak tahu apakah kita bisa mencapainya," ujarnya.
Peneliti dari Universitas Michigan, Scott Tomlins, dan rekan-rekannya memaparkan tes baru untuk kanker prostat itu dalam jurnal "Science Translational Medicine."