Amerika 'Sangat Prihatin' dengan Meningkatnya Pertempuran di Suriah

Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika, Mark Toner.

Amerika dan PBB khawatir serangan-serangan pemerintah Suriah terhadap para ekstremis itu akan meluas kepada pasukan oposisi yang menjadi bagian dari penghentian permusuhan.

Pemerintah Amerika Serikat “sangat prihatin” dengan meningkatnya pertempuran di Suriah menjelang serangkaian perundingan perdamaian dan menyalahkan militer Presiden Bashar al-Assad atas peningkatan itu.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika, Mark Toner mengatakan kekerasan itu bertentangan dengan penghentian permusuhan yang ditandatangani bulan Februari lalu menjelang putaran perundingan berikutnya yang dimulai hari Rabu di Jenewa.

Toner hari Senin mengatakan Menlu John Kerry ingin memastikan “setiap upaya ekstra dilakukan untuk mempertahankan dan memperkuat penghentian permusuhan”.

Pasukan Suriah menandatangani gencatan senjata sementara dengan beberapa kelompok oposisi tapi tidak dengan Negara Islam (ISIS) atau Front Nusra.

Amerika dan PBB khawatir serangan-serangan pemerintah Suriah terhadap para ekstremis itu akan meluas kepada pasukan oposisi yang menjadi bagian dari penghentian permusuhan.

Toner mengatakan diperlukan penjelasan lebih jauh mengenai apa sebenarnya rencana militer Suriah dan siapa yang dijadikan sasaran.

Utusan perdamaian PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, mengatakan perundingan minggu ini di Jenewa “sangat penting” karena akan memusatkan perhatian mengenai transisi politik, isu besar yang telah menghambat setiap kemajuan berarti dalam mengakhiri perang saudara yang sudah berlangsung selama lima tahun itu.

Amerika mencap Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai seorang pembunuh yang membunuh rakyatnya sendiri dan tidak bisa menjadi bagian masa depan Suriah. Rusia mengatakan hanya rakyat Suriah yang dapat menentukan nasib Presiden Assad. [my/al]