Amerika Serikat, China Teken Amandemen Perjanjian 5 Tahun Terkait Sains dan Teknologi

FILE - Bendera Amerika dan China berkibar di Genting Snow Park menjelang Olimpiade Musim Dingin 2022, di Zhangjiakou, China, 2 Februari 2022.

STA, yang pertama kali ditandatangani tahun 1979 oleh Presiden Amerika saat itu, Jimmy Carter dan pemimpin China Deng Xiaoping, ditujukan untuk memfasilitasi kerja sama di bidang pertanian, energi, antariksa, kesehatan, lingkungan, ilmu bumi, teknik, serta pertukaran pendidikan dan ilmiah.

Amerika Serikat dan China, Jumat (13/12) menandatangani protokol untuk mengubah Perjanjian Sains dan Teknologi bilateral antarpemerintah dan memperpanjangnya selama lima tahun, menurut Departemen Luar Negeri.

STA, yang pertama kali ditandatangani pada tahun 1979 oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, Jimmy Carter dan pemimpin China Deng Xiaoping, ditujukan untuk memfasilitasi kerja sama di bidang-bidang seperti pertanian, energi, antariksa, kesehatan, lingkungan, ilmu bumi, teknik, serta pertukaran pendidikan dan ilmiah.

Amandemen perjanjian, yang menurut pejabat Amerika Serikat tidak termasuk "teknologi penting atau yang sedang berkembang," mulai berlaku surut sejak 27 Agustus untuk jangka waktu lima tahun dan ditandatangani di Beijing oleh perwakilan dari kedua negara.

Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan kepada wartawan, bahwa perjanjian baru tersebut mempersempit cakupan kesepakatan sebelumnya dan memperkenalkan "batasan" untuk memastikan "timbal balik, transparansi, dan keterbukaan."

FILE - Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning di Beijing, 15 Januari 2024. (Pedro Pardo / AFP)

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan kepada wartawan pada bulan Februari, bahwa sifat pertukaran dan kerja sama ilmiah dan teknologi antara kedua negara adalah "saling menguntungkan".

Kerja sama sains dan teknologi Amerika Serikat-China telah mengundang kritik dan menimbulkan masalah keamanan selama bertahun-tahun, dengan para kritikus berpendapat bahwa hal itu dapat meningkatkan kemampuan militer Beijing.

Sejak awal dibuatnya perjanjian ini, STA telah diperbarui kurang lebih setiap lima tahun. Pada bulan Agustus 2023, STA diperpanjang enam bulan, dan diperpanjang lagi pada bulan Februari 2024, untuk mempertahankan perjanjian tersebut, sementara Amerika Serikat menegosiasikan kesepakatan yang diperbaiki. Perpanjangan jangka pendek tersebut terjadi di tengah pengawasan dari beberapa anggota Kongres, yang berpendapat bahwa China sebelumnya telah mengeksploitasi perjanjian tersebut untuk memajukan tujuan militer melawan Amerika Serikat.

Pada bulan Juni 2023, Perwakilan Republik Elise Stefanik, yang merupakan pilihan Presiden terpilih Donald Trump untuk duta besar PBB, dan anggota parlemen lainnya, menulis surat kepada Menteri Luar Negeri Antony Blinken, mendesaknya untuk tidak memperbarui STA yang akan berakhir pada tanggal 27 Agustus 2023. Mereka mengutip kekhawatiran atas proyek penelitian bersama antara Departemen Pertanian Amerika Serikat dan entitas China, termasuk kekhawatiran atas teknologi penggunaan ganda seperti yang digunakan untuk menganalisis citra drone untuk manajemen irigasi.

BACA JUGA: Trump Undang Xi Jinping untuk Hadiri Pelantikannya

Meliputi penelitian dasar

Perjanjian yang diamandemen tersebut berfokus pada penelitian dasar di berbagai bidang seperti cuaca, oseanografi, dan geologi. Menurut Departemen Luar Negeri, perjanjian tersebut mendukung lembaga ilmiah Amerika Serikat dengan penelitian yang terkait dengan peringatan tsunami, data influenza, pemantauan kualitas udara, pertanian, dan pengelolaan hama.

Pejabat senior Departemen Luar Negeri lainnya mengatakan bahwa kerangka kerja STA yang diamandemen memungkinkan lembaga seperti Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional serta departemen Energi dan Pertanian untuk mengusulkan kerja sama dan membuat perjanjian pembagian data serta proyek penelitian bersama dengan mitra mereka di China.

Departemen Luar Negeri meninjau usulan kolaborasi, yang juga menjalani proses peninjauan antarlembaga yang lebih luas yang dipimpin oleh Gedung Putih. Setelah diperiksa, proposal dapat diimplementasikan.

Jika salah satu pihak gagal mematuhi ketentuan yang telah disepakati, akan memicu diberlakukannya mekanisme penyelesaian sengketa. Selain itu, klausul penghentian kerja sama memungkinkan adanya pembatalan proyek yang telah diusulkan, apabila terjadi "tindakan dengan itikad buruk."

BACA JUGA: Biden: Rencana Ekonomi Trump akan Jadi 'Bencana' 

Perjanjian yang diamandemen "mempertahankan perlindungan hak kekayaan intelektual dan menetapkan batasan baru bagi lembaga pelaksana untuk melindungi keselamatan dan keamanan peneliti mereka," menurut pernyataan Departemen Luar Negeri.

Kekhawatiran keamanan

Namun, kekhawatiran tetap ada terkait undang-undang privasi dan lokalisasi data yang lebih ketat di China, yang menimbulkan risiko hukum bagi para peneliti Amerika Serikat yang menangani data China. STA yang baru belum menjelaskan perlindungan yang tersedia bagi para peneliti Amerika Serikat yang mungkin menggunakan atau mentransfer data China ke luar China.

Anggota Kongres yang tidak setuju, termasuk Senator Republik Marco Rubio, pilihan Trump untuk menjadi menteri luar negeri, telah secara terbuka menentang pembaruan kerja sama sains dan teknologi Amerika Serikat-China.

Awal tahun ini, Rubio menyerukan langkah-langkah yang lebih kuat untuk menjaga keamanan penelitian ilmiah Amerika Serikat. Ia juga memperkenalkan sebuah RUU untuk menggarisbawahi risiko yang ditimbulkan oleh kolaborasi penelitian yang bermasalah dengan entitas yang terkait dengan China. [es/dw]