“Setelah 100 hari penyelamatan dan pembaruan, Amerika kini siap lepas landas,” kata Presiden Joe Biden dalam sidang paripurna Kongres.
“Kita bekerja kembali, bermimpi kembali, menemukan lagi dan kembali memimpin dunia,” lanjut Biden.
Ia memanfaatkan kesempatan itu untuk memajukan proposal belanja pemerintah 4 triliun dolar dan memamerkan kinerja menyeluruhnya dalam mengatasi serangkaian krisis bersejarah sejak ia menjabat Januari lalu.
Presiden, dalam pidatonya Rabu (28/4) malam, mengatakan, ia telah diwarisi negara yang dalam krisis menghadapi pandemi terburuk dalam satu abad, krisis ekonomi terburuk sejak Depresi Besar dan “serangan terburuk terhadap demokrasi kita sejak Perang Saudara.”
BACA JUGA: Pidato Seratus Hari Biden Menjabat: “Amerika Bangkit Kembali”Pidato menjelang hari ke-100 ia menjabat itu tidak dianggap sebagai “Pidato Kenegaraan” atau State of the Union, karena disampaikan pada tahun pertama masa jabatan presiden. Pidato ini juga tidak menampilkan sejumlah kemegahan khas pidato tahunan presiden di DPR dan Senat karena pembatasan terkait virus corona.
Biasanya hingga 1.600 orang memadati majelis DPR untuk menghadiri pidato presiden. Hanya 200 orang, kebanyakan anggota Kongres yang disertai sejumlah kecil pejabat dari cabang-cabang pemeirntah lainnya ditambah dengan anggota keluarga terpilih, yang hadir. Mereka menjaga jarak dan mengenakan masker.
Biden berpidato dari tempat yang sama yang diambil alih pemberontak pada 6 Januari lalu sewaktu pendukung pendahulunya, Donald Trump, menyerbu dengan menerobos penegak hukum ke gedung Kongres AS dalam upaya menghalangi penetapan resmi Biden sebagai pemenang pemilihan presiden November lalu.
Serangan terhadap Capitol, yang masih dijaga ketat, menewaskan lima orang. Lebih dari 400 orang telah ditangkap atas berbagai tuduhan terkait peristiwa itu.
“Citra mengenai kerumunan orang dengan kekerasan menyerang gedung ini, menodai demokrasi kita, tetapi hidup dalam benak kita semua,” kata Biden. “Nyawa dipertaruhkan, banyak nya. Nyawa hilang. Keberanian luar biasa muncul.”
Presiden mengatakan pemberontakan itu merupakan “krisis eksistensial, ujian apakah demokrasi kita dapat bertahan, dan demokrasi bertahan.”
Biden mencurahkan sebagian besar dari pidato 65 menitnya untuk masalah kebijakan dalam negeri, meskipun ia juga menyebut beberapa masalah di luar perbatasan Amerika.
BACA JUGA: 100 Hari Menjabat: Apakah Biden Tepati Janji 'Multilateralisme' Kebijakan Luar Negeri?Presiden mengatakan ia memberitahu Presiden China Xi Jinping bahwa AS akan mempertahankan kehadiran militer yang kuat di kawasan Indo-Pasifik “seperti yang kita lakukan untuk NATO di Eropa – tidak untuk memulai konflik – tetapi untuk mencegahnya.”
Biden mengatakan ia menanggapi secara proporsional campur tangan Rusia dalam pemilu AS dan serangan-serangan siber yang dilancarkannya terhadap pemerintah dan bisnis. Namun, kata presiden, ini tidak menghalangi potensi kerja sama antara Washington dan Moskow mengenai pengurangan senjata nuklir dan mengatasi perubahan iklim.
Dalam pidatonya, Biden mengusulkan perluasan bantuan pemerintah sebanyak 1,8 triliun dolar bagi anak-anak dan keluarga Amerika.
Rencana ini mengusulkan dua tahun pendidikan pra-TK yang dibayar pemerintah untuk anak-anak muda dan menggratiskan perguruan tinggi dua tahun untuk kelompok dewasa muda, yang semuanya akan dibayar dengan pajak lebih tinggi terhadap kelompok orang dan perusahaan terkaya Amerika.
BACA JUGA: Proyek Tembok Trump Ditinggalkan oleh Pemerintahan BidenPengeluaran besar-besaran untuk infrastruktur, penciptaan lapangan kerja dan pendidikan dapat dijustifikasi karena “China dan negara-negara lain mendekat dengan cepat,” kata Biden.
Pengeluaran semacam itu, jika disetujui Kongres, akan mengantar jejak pemerintah nasional Amerika yang lebih besar dalam hidup warga Amerika, jauh lebih banyak daripada yang akan diinginkan legislator dari partai Republik, tetapi tidak akan sejauh yang dibayangkan sebagian anggota Demokrat yang progresif.
Dalam pernyataan yang ditujukan kepada jutaan penonton di rumah, Biden mengatakan Rencana Lapangan Kerja Amerika-nya adalah “rencana kerah biru untuk membangun Amerika” dengan jutaan “pekerjaan dengan bayaran yang baik yang tidak dapat dialihdayakan.”
Partai Republik berpendapat rencana pengeluaran Biden untuk infrastruktur dan keluarga terlalu mahal dan menyerang rencana Biden untuk menaikkan pajak terhadap perusahaan dan orang-orang terkaya Amerika.
Sewaktu menyampaikan sanggahan partai Republik di televisi, satu-satunya anggota kulit hitam di Senat, Tim Scott dari South Carolina, mengatakan Biden diwarisi Trump “gelombang yang telah berubah” berkat operasi pemerintah terdahulu untuk memulai produksi vaksin dan kebijakan ekonomi yang paling inklusif dalma beberapa dekade.
“Seorang presiden yang berjanji akan mempersatukan kita hendaknya tidak mendesakkan agenda yang memecah belah kita,” lanjut Scott.
Dalam sebuah pernyataan, seorang sejawat Scott dari partai Republik di Senat, Ted Cruz bersikap lebih kritis terhadap pidato Biden, dengan mengatakan pidato itu menguraikan “pandangan sosialisnya bagi negara kita,” dan bahwa “saya dapat meringkas pidatonya dalam tiga kata untuk Anda: membosankan, tetapi radikal.”
Survei nasional pekan ini menunjukkan Biden memliki rata-rata tingkat dukungan 53 persen, kata sebuah agregator jajak pendapat Real Clear Politics.
BACA JUGA: Harris Janji Beri Bantuan $310 Juta untuk Tangani Migrasi Amerika TengahDalam pidatonya, Biden juga membanggakan keberhasilan awal pemerintahnya dalam membuat warga Amerika mendapat vaksinasi COVID-19, dengan lebih dari 200 juta suntikan telah diberikan sementara jumlah kematian meningkat menjadi lebih dari 573 ribu, yang tertinggi di dunia.
Para pejabat kesehatan melonggarkan saran penggunaan masker pekan ini, tetapi jutaan warga Amerika menolak, karena berbagai alasan, untuk divaksinasi, melewatkan dosis kedua dari vaksin dua dosis.
“Pergi dan lakukan vaksinasi,” kata Biden dalam pidatonya.
Selain membahas rencananya mengenai pengeluaran domestik, Biden membahas tujuannya terlibat dengan negara-negara lain dan mengambil peran memimpin di panggung dunia, kontras dari Trump yang kerap menggembar-gemborkan sikap “Dahulukan Amerika” dan keluar dari beberapa perjanjian internasional yang ia anggap disusun dengan buruk atau terlalu mahal untuk AS.
Menyebut program nuklir Iran dan Korea Utara, Biden mengatakan, “Kita akan bekerja sama erat dengan sekutu-sekutu kita untuk mengatasi ancaman dari negara-negara itu, melalui diplomasi serta penangkalan yang kuat.
Ia menambahkan bahwa pemimpin Amerika “berniat mengakhiri selamanya perang di Afghanistan.” [uh/ab]