Amnesty International: 106 Tewas dalam Protes Anti-Pemerintah di Iran

Aksi demonstrasi anti-pemerintah di Teheran, Iran (foto: dok).

Amnesty International mengatakan pasukan keamanan Iran telah menewaskan sedikitnya 106 orang dalam aksi demonstrasi anti-pemerintah di seluruh negara itu yang berlangsung sejak hari Jumat (15/11). Jumlah itu empat kali lebih banyak dibanding demonstrasi massal terakhir di Iran dua tahun lalu.

Dalam wawancara dengan VOA hari Selasa (19/11), peneliti Iran yang berkantor di Inggris Raha Bahreini mengatakan Amnesty International menyatakan pasukan keamanan telah menewaskan 106 demonstran berdasarkan pernyataan-pernyataan sejumlah saksi mata, video di sosial media dan laporan aktivis-aktivis HAM Iran yang diasingkan. Ditambahkannya, Amnesty International akan menyampaikan rincian jumlah demonstran yang tewas di beragam kota di Iran itu segera.

BACA JUGA: Iran Masih Blokir Internet, 8 Tewas Akibat Demo

VOA telah mengukuhkan secara independen pembunuhan sedikitnya tujuh demonstran dalam penembakan oleh pasukan keamanan Iran Sabtu lalu (16/11).

Media pemerintah Iran mengatakan beberapa orang tewas, termasuk setidaknya satu anggota pasukan keamanan, dalam demonstrasi yang dimulai hari Jumat dan meluas ke puluhan kota. Tetapi pemerintah Iran belum mempublikasikan secara resmi jumlah korban tewas.

Demonstrasi terjadi pasca kebijakan pemerintah yang secara tiba-tiba menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar 50% Jumat lalu. Banyak warga Iran melihat kenaikan harga BBM itu sebagai beban tambahan ketika kondisi ekonomi memburuk.

Bahreini mengatakan Amnesty International telah menyerukan PBB dan Uni Eropa untuk menyampaikan permohonan mendesak kepada Iran guna mengakhiri aksi kekerasan terhadap para demonstran dan

menghormati hak-hak warga Iran untuk menyampaikan pendapat dan berkumpul secara bebas.

Iran telah menekan gelombang besar demonstrasi terakhir yang melanda negara itu pada akhir Desember 2017 hingga Januari 2018 lalu. Sedikitnya 22 orang tewas dalam aksi kekerasan terhadap para demonstran, yang terjadi karena kemarahan publik terhadap korupsi dan mismanajemen di tubuh pemerintah. (em/jm)