Amnesty International Kecam Pemecatan Massal di Turki

Petugas kepolisian mengawal orang-orang yang ditangkap di Kayseri, Turki, tanggal 26 April 2017 karena dicurigai memilik keterkaitan dengan ulama Fethullah Gulen yang berbasis di AS (foto: Olay Duzgun/DHA-Depo Photos via AP)

Pemecatan massal di Turki dalam penindasan pasca upaya kudeta menimbulkan keprihatinan kelompok HAM Amnesty International.

Kelompok HAM Amnesty International melaporkan keprihatinan mendalam mengenai pemecatan massal di Turki dalam penindasan pasca upaya kudeta.

"No End in Sight" atau “Tak Berujung” adalah judul dari laporan Amnesty International yang berbasis di Inggris mengenai penindasan berkelanjutan di Turki, setelah upaya kudeta yang gagal bulan Juli lalu.

Laporan setebal 21 halaman itu memusatkan perhatian pada apa yang digambarkannya sebagai pemecatan secara sepihak lebih dari 100.000 petugas layanan publik, sejak diumumkannya peraturan darurat setelah upaya kudeta militer yang gagal itu.

Andrew Gardner, periset pada Amnesty, memperingatkan “Orang-orang tidak hanya kehilangan pekerjaan, tapi karir profesional mereka juga hancur; kehidupan keluarga mereka hancur; ini adalah situasi berbahaya yang dihadapi banyak orang, dan sepertinya belum akan berakhir.”

Laporan Amnesty mengatakan pemecatan massal itu mencakup semua jabatan publik, termasuk pasukan bersenjata, polisi, guru, dokter dan akademisi, serta orang-orang yang bekerja di seluruh kementerian dan pemda.

Laporan itu disusun dari hasil wawancara dengan para pengacara HAM, LSM-LSM setempat, serikat dagang dan para korban PHK.

Ankara mengklaim penindasan itu diperlukan untuk meredam ancaman tak terduga akibat upaya kudeta, dimana lebih dari 200 orang tewas. Pemerintah menyalahkan para pengikut ulama Fethullah Gulen yang kini berbasis di AS. Pemerintah berargumen bahwa banyak yang telah menginfiltrasi semua bagian dari negara Turki, dan terus menimbulkan ancaman. [vm]