Kelahiran anak badak jantan Sumatera merupakan keberhasilan pertama bagi Suaka Rhino Sumatra dan diharapkan diikuti oleh taman nasional lain.
Kepala Sub Direktorat Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan, Agus Sutito, mengatakan di Jakarta Rabu (27/6) bahwa sampai hari keempat sejak proses kelahiran Sabtu lalu, kondisi induk badak bernama Ratu dan anaknya Andatu dalam kondisi cukup sehat.
Ia menambahkan bahwa tim pakar yang bertugas di Suaka Rhino Sumatera (SRS), Way Kambas, Provinsi Lampung, terus memantau ibu dan bayi badak tersebut.
“Mereka kini berada di penangkaran semi alami di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Tidak berbentuk kandang, tetapi areal [penangkaran] seluas 10 hektar yang dipagari,” ujar Agus.
Dalam siaran persnya, Kementerian Kehutanan menyatakan Andatu lahir pada Sabtu, 23 Juni pukul 00.45 WIB di SRS, Taman Way Kambas.
“Yang memberikan nama adalah Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. Andatu adalah singkatan dari Anugerah dari Tuhan sekaligus singkatan dari Andalas dan Ratu, kedua orangtua bayi badak itu,” kata Agus.
Andalas adalah badak jantan berusia 11 tahun dari Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat (AS), sedangkan Ratu asli dari Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Menurut Agus, Andalas didatangkan ke Suaka Rhino Sumatera dari Cincinnati pada 2007, dan sejak saat itu ia langsung dipasangkan dengan Ratu.
Agus mengatakan bahwa kelahiran Andatu menandai keberhasilan dalam konservasi badak sekaligus membangun kepercayaan masyarakat terhadap upaya konservasi badak di Indonesia.
Koordinator Program Konservasi Badak dari WWF Indonesia, Adhi Rachmat Hariyadi, menyatakan keberhasilan para petugas di Taman Nasional Way Kambas dapat memacu para pihak lain agar lebih proaktif memajukan konservasi badak sebagai salah satu spesies langka di dunia.
Para petugas Suaka Rhino Sumatera menyatakan sampai hari keempat, Andatu yang berbobot 30 kilogram membutuhkan 10 liter susu sehari untuk menjaga tubuhnya tetap sehat. Para petugas sampai sekarang terus mengawasi dan menjaga kedua badak itu agar tidak terjangkit TBC, hepatitis, dan salmonella, yang merupakan penyakit utama yang menyerang habitat badak di alam liar.
Sampai sekarang Indonesia memiliki dua jenis badak asal Asia di antara lima jenis badak yang masih tersisa di dunia, yaitu badak Jawa dan badak Sumatera. Populasi badak Jawa diperkirakan sekitar 50 ekor di Taman Nasional Ujung Kulon,Banten, sedangkan populasi badak Sumatera sekitar 200 ekor, tersebar di kawasan Taman Nasional Way Kambas, Lampung, Bukit Barisan Selatan dan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, di provinsi Aceh.
Ia menambahkan bahwa tim pakar yang bertugas di Suaka Rhino Sumatera (SRS), Way Kambas, Provinsi Lampung, terus memantau ibu dan bayi badak tersebut.
“Mereka kini berada di penangkaran semi alami di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Tidak berbentuk kandang, tetapi areal [penangkaran] seluas 10 hektar yang dipagari,” ujar Agus.
Dalam siaran persnya, Kementerian Kehutanan menyatakan Andatu lahir pada Sabtu, 23 Juni pukul 00.45 WIB di SRS, Taman Way Kambas.
“Yang memberikan nama adalah Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. Andatu adalah singkatan dari Anugerah dari Tuhan sekaligus singkatan dari Andalas dan Ratu, kedua orangtua bayi badak itu,” kata Agus.
Andalas adalah badak jantan berusia 11 tahun dari Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat (AS), sedangkan Ratu asli dari Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Menurut Agus, Andalas didatangkan ke Suaka Rhino Sumatera dari Cincinnati pada 2007, dan sejak saat itu ia langsung dipasangkan dengan Ratu.
Agus mengatakan bahwa kelahiran Andatu menandai keberhasilan dalam konservasi badak sekaligus membangun kepercayaan masyarakat terhadap upaya konservasi badak di Indonesia.
Koordinator Program Konservasi Badak dari WWF Indonesia, Adhi Rachmat Hariyadi, menyatakan keberhasilan para petugas di Taman Nasional Way Kambas dapat memacu para pihak lain agar lebih proaktif memajukan konservasi badak sebagai salah satu spesies langka di dunia.
Para petugas Suaka Rhino Sumatera menyatakan sampai hari keempat, Andatu yang berbobot 30 kilogram membutuhkan 10 liter susu sehari untuk menjaga tubuhnya tetap sehat. Para petugas sampai sekarang terus mengawasi dan menjaga kedua badak itu agar tidak terjangkit TBC, hepatitis, dan salmonella, yang merupakan penyakit utama yang menyerang habitat badak di alam liar.
Sampai sekarang Indonesia memiliki dua jenis badak asal Asia di antara lima jenis badak yang masih tersisa di dunia, yaitu badak Jawa dan badak Sumatera. Populasi badak Jawa diperkirakan sekitar 50 ekor di Taman Nasional Ujung Kulon,Banten, sedangkan populasi badak Sumatera sekitar 200 ekor, tersebar di kawasan Taman Nasional Way Kambas, Lampung, Bukit Barisan Selatan dan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, di provinsi Aceh.