Anak Penderita HIV/AIDS Hadapi Beban Berat di Tengah Pandemi Covid-19

  • Yudha Satriawan

Seorang pelajar menunjukkan pita merah saat kampanye Hari AIDS Sedunia di Medan, Sumatra Utara, 2 Desember 2018. (Foto: AFP)

Kondisi anak-anak dengan HIV/AIDS (ADHA) memprihatinkan di tengah pandemi virus corona. Mereka lebih rentan terpapar Covid-19 karena kekebalan tubuh mereka sudah menurun akibat terjangkit virus HIV/AIDS.

Lentera Anak Pelangi Jakarta memulai suatu diskusi daring dengan memperlihatkan sebuah video yang tidak biasa. Video itu menunjukkan seorang anak pengidap HIV/AIDS, yang identitasnya dirahasiakan, berbagi obat ARV atau obat anti-retroviral HIV dengan orang dewasa pengidap HIV/AIDS (ODHA).

BACA JUGA: Dampak Pandemi Virus Corona ke ODHA Lebih Kompleks

Obat ARV atau anti-retroviral HIV adalah kombinasi obat untuk memperlambat perkembangan dan penyebaran HIV di dalam tubuh penderita, dan saat ini dikenal sebagai salah satu obat untuk mencegah memburuknya kondisi pengidap HIV/AIDS.

"Ayo minum obat ARV-nya dulu. Obatnya dipotek (dipotong.red) jadi 2, digerus sampai halus, dikasih air, dan siap diminum,” suara ODHA ketika menyiapkan obat itu. “Rasanya asin, asem, eh, pahit. Yang ini susah ditelan harus digruk, gruk, gruk, biar halus,” sambut suara ADHA meminum obat ARV.

Paparan materi dari IDAI dalam diskusi daring bertema Ketahanan ADHA di masa Pandemi, Rabu, 16 Desember 2020. (Foto: VOA/ Yudha Satriawan)

Juru bicara Lentera Anak Pelangi Jakarta, Natasya Sitorus mengatakan relawan dan ADHA sering ketakutan menebus obat ARV di rumah sakit, puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya di tengah pandemi Covid-19 karena takut tertular.

Terlebih karena ketersediaan obat ARV dan proses pengobaan ADHA pun kini terdampak.​

"Mau tidak mau, staf kami di lapangan merisikokan diri mengambil ARV itu tentunya dengan mematuhi protokol kesehatan. Tidak ada alasan ARV tidak diambil karena takut Covid-19,” tegas Natasya dalam sebuah diskusi daring bertema “Memperkuat Ketahanan Anak dengan HIV AIDS atau ADHA di Masa Pandemi", Rabu (16/12).

BACA JUGA: Idap HIV, 14 Anak di Solo Ditolak Bersekolah

Dalam diskusi memperingati Hari AIDS Sedunia itu, Natasya mengatakan dari 100 ADHA yang ditangani lembaganya, ada 45 orang yang mendapat obat ARV yang kadarnya tidak lagi sesuatu untuk anak-anak.

Menurutnya ada tiga jenis obat ARV yang biasa dikonsumsi ADHA, yaitu ARV ODHA yang pil-nya dibagi menjadi dua, ARV sirup dengan pelarut 40 persen alkohol, dan ARV racikan yang butuh biaya tambahan.

Fifi (11 tahun) yang terinfeksi AIDS dari ibunya berbincang dengan Miguel (10 tahun) yang ibunya seorang ODHA di Rumah Surya Kasih, Desa Waena, Papua, 10 Mei 2015. (Foto: AFP)

Ketua Badan Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Dr. Zubairi Djoerban, mengatakan di masa pandemi, ODHA dan ADHA juga memiliki kerentanan terpapar Covid-19, bahkan dampaknya bisa berakibat fatal.

"Rutinitas minum ARV bagi ODHA dan ADHA kalau terputus bisa berbahaya. Yang risiko tinggi itu kalau baru pengobatan, kalau kena Covid-19 bisa gawat, harus dirawat masuk ICU dan bisa meninggal,” ungkap Zubairi.

BACA JUGA: Evaluasi Kampanye HIV/AIDS, KPAI Usul Pemerintah Buat Iklan Keren

Zubairi mengatakan dari 600 ribu kasus HIV/AIDS di Indonesia, tiga persennya diderita anak dan remaja. Dari jumlah itu baru sekitar 120 ribu orang yang mendapat pengobatan ARV.

Paparan materi dari IDAI dalam diskusi daring bertema Ketahanan ADHA di masa Pandemi, Rabu, 16 Desember 2020. (Foto: VOA/ Yudha Satriawan)


Satgas Covid-19 IDAI, dr. Dina Muktiarti menyampaikan hal senada

"Perlu perhatian serius semua pihak. Kami juga menemukan kasus ADHA saat dilahirkan dari Ibu yang positif HIV/AIDS hingga anak remaja yang terjangkit HIV AIDS karena pergaulan,” kata Dina.

Angka kematian Covid-19 pada anak Indonesia menurutnya juga lebih tinggi dibanding negara lain. Tingkat kematian pada anak usia 0-5 tahun mencapai 0,9 persen; sementara pada usia 6-18 tahun mencapai 1,9 persen.

Kesulitan ADHA Saat Pandemi

Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI mencatat masalah-masalah yang dihadapi anak dengan HIV/AIDS atau ADHA di masa pandemi ini, antara lain risiko terpapar Covid-19, kesulitan mengakses obat, rasa takut berlebihan yang membuat mereka menunda pengobatan, hingga isu sekolah daring.

Your browser doesn’t support HTML5

Beban Berat Anak Penderita HIV/AIDS di Tengah Pandemi Covid-19

Stigma terhadap ADHA yang masih kuat juga masih banyak ditemukan di sejumlah daerah. Prof. Dr. Zubairi Djoerban mengingatkan kasus di Samasir dan Solo beberapa tahun lalu.

"Stigma ADHA di Samosir dan Solo beberapa tahun lalu menjadi pelajaran dan pengalaman berharga bagi kita semua. Kasus serupa marak di tahun 1980an dan 1990an stigmatisasi pada ODHA dan ADHA," papar Zubairi. [ys/em]