Analis: Desakan AS Terhadap Denuklirisasi Korut Bisa Jadi Bumerang

Para wartawan melihat-lihat terowongan ketiga lokasi pengujian nuklir, Punggye, sebelum diledakan sebagai bagian dari proses perlucutan di Punggye-ri, Provinsi Hamgyong Utara, Korea Utara, 24 Mei 2018.

Desakan Amerika mengenai denuklirisasi penuh Korea Utara mungkin akan bertentangan dengan kepentingan Amerika sementara tekanan politik meningkat untuk mencapai kemajuan dengan cepat, kata para analis.

Dalam forum evaluasi KTT Singapura pekan ini, Rebecca Hersman, direktur Project on Nuclear Issues dan konsultan keamanan internasional untuk lembaga kajian Center for Strategic and International Studies di Washington, mengatakan desakan tersebut akan menciptakan hasil yang sangat tak diinginkan untuk mengurangi besar dan estimasi masalahnya.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menegaskan kembali komitmennya bagi denuklirisasi Semenanjung Korea secara tuntas sewaktu ia bertemu Presiden Amerika Donald Trump dalam pertemuan puncak di Singapura baru-baru ini.

Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang, semuanya menafsirkan komitmen Kim itu sebagai perlucutan arsenal nuklir Korea Utara secara tuntas, dapat diverifikasi dan tidak dapat diaktifkan kembali.

Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Yung-hwa, Rabu (20/6/2018), mengatakantujuannya adalah denuklirisasi secara tuntas. Metode mencapai tujuan itu adalah dengan melakukan perlucutan yang dapat diverifikasi dan tidak dapat diaktifkan lagi. Karena itu, lanjut Kang, tugas selanjutnya adalah menguraikan metode untuk mencapai sasaran tersebut itu.

Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya juga bertekad mempertahankan sanksi-sanksi internasional terhadap Korea Utara sampai tercapai “kemajuan signifikan” dalam mencapai tujuan denuklirisasi. [uh]