Angka penderita positif virus corona di Jawa Timur hingga 12 April 2020, tercatat mencapai 386 orang. Sedangkan 1.383 orang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan 14.092 Orang Dalam Pemantauan (ODP). Dari angka itu, 69 orang dinyatakan sembuh, dan 29 orang meninggal dunia.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa kembali mengingatkan dan mengajak sekitar 40,7 juta warga Jawa Timur untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi virus corona. Termasuk denganmenjaga kesehatan, isolasi mandiri dan observasi selama 14 hari, serta tetap tenang.
"Kewaspadaan, kesiapsiagaan, harus kita lipat gandakan, tapi saya tetap mengajak kepada kita semua warga Jawa Timur, khususnya warga Surabaya, tetap tenang supaya solusi-solusi yang akan kita lakukan itu bisa berjalan efektif. Artinya, kedisiplinan, ketertiban, dan keteraturan warga, ini menjadi kunci yang sangat penting untuk bisa mencegah dari kemungkinan menularnya penyakit Covid-19 ini," pesannya.
Khofifah juga memberi perhatian khusus pada Kota Surabaya, di mana pertambahan jumlah penderita positif virus corona naik cukup tinggi. Pasien positif corona di Surabaya tercatat ada 180 orang, 83 orang diantaranya adalah angka tambahan. Demikian pula Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Lamongan, dan Kabuaten Gresik. Untuk itu Khofifah akan mengadakan evalusi dan membuat langkah pembatalan sosial yang lebih rinci.
BACA JUGA: Jatim Siapkan Paket Ekonomi, Pengamat Menilai Corona Tak Akan Sebabkan Krisis"Di Surabaya ini sudah 180 yang positif terkonfirmasi Covid-19. Seratus delapan puluh ini bukan angka kecil. Di Surabaya ini sudah terkonfirmasi 502 orang yang kategori PDP. Maka, evaluasi secara detil dari pelaksanaan dari physical distancing, pelaksanaan tinggal di rumah, dan hanya keluar rumah untuk sesuatu yang sangat strategis, ini kami akan lakukan koordinasi ulang," tambah Khofifah.
Your browser doesn’t support HTML5
Sementara itu, anggota tim Rumpun Kuratif, Gugus Tugas Penanggulangan Virus Corona Provinsi Jawa Timur, dr. Kohar, mengungkapkan pihaknya menghadapi berbagai kendala melacak riwayat kontak penderita corona. Antara lain kesulitan mendapatkan akses menemui kontak.
"Kemudian juga yang bersangkutan itu agak kurang terbuka mungkin, merasa privacy atau personality menjadi terekspos. Sebenarnya hal itu tidak perlu terjdi, karena sebenarnya ini kan untuk kepentingan kita bersama, untuk mengambil kebijakan," pungkasnya. [pr/em]