Kemenangan Donald Trump dalam kaukus Partai Republik di Iowa membangunkan para sekutu Amerika di Eropa. Ditanya tentang kemungkinan kembalinya Trump pada Rabu lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa dia akan mengupayakan dialog dengan siapapun (Presiden AS selanjutnya) yang akan terpilih pada November tahun ini.
“Amerika Serikat punya nilai-nilai yang sama dengan Prancis, tetapi negara demokrasi itu sedang mengalami krisis, di mana prioritasnya adalah kepentingannya sendiri, dan yang kedua adalah masalah China. Sebagai negara Eropa, kita harus menyadari hal itu. Karena itulah saya menginginkan Eropa yang lebih kuat dan dapat mempertahankan dirinya sendiri dan tidak bergantung kepada pihak lain,” kata Macron.
Macron dan Trump memiliki hubungan yang tidak harmonis di masa lalu. Dalam kampanye di Iowa bulan ini, mantan presiden AS itu nampak mengejek aksen pemimpin Prancis itu ketika menceritakan diskusinya dengan Macron terkait tarif perdagangan.
“Tidak, tidak, tidak. Anda tidak bisa melakukan itu, Donald. Anda tidak bisa melakukan itu,” kata Trump sambil menirukan aksen Macron.
Ini mengingatkan banyak orang dengan gaya kampanye Trump yang tidak konvensional.
Namun, Eropa memiliki keprihatinan lebih besar dari sekedar hubungan pribadi. Seiring invasi Rusia ke Ukraina yang berubah menjadi perang yang sengit, Kyiv secara mendesak membutuhkan bantuan militer Barat.
BACA JUGA: PM Belgia: Eropa Tidak Perlu Khawatir Kembalinya TrumpTrump mengatakan bahwa dia akan mengupayakan kesepakatan damai secepatnya antara Ukraina dan Rusia. Pendukungnya dari partai Republik di Kongres telah memblokir sekitar AS $50 miliar bantuan militer untuk Kyiv. Sekutu-sekutu NATO khawatir bahwa bantuan dana bisa hilang seluruhnya di bawah pemerintahan Trump.
Hal itu dikatakan Fabrice Pothier, mantan kepala penyusunan kebijakan di NATO.
“Amerika Serikat memberikan hampir separuh total dana bantuan Barat. Tetapi AS memiliki peran yang sangat dominan, malah peran utama dari segi politik strategis tentang Ukraina. Jadi, kehilangan AS, dalam bentuk presiden AS yang cenderung bertentangan dengan kepentingan Ukraina dan Eropa, akan menjadi pukulan besar,” ucap Pothier.
Komisioer Perdagangan Uni Eropa, Thierry Breton bulan ini mengatakan, bahwa Trump pada 2020 mendeklarasikan bahwa AS tidak akan menolong Eropa jika benua itu diserang, dan akan meninggalkan NATO. Pejabat Trump tidak mengomentari klaim Breton itu.
Mantan presiden AS itu berulangkali mendesak agar sekutu Amerika di NATO membelanjakan lebih banyak untuk pertahanan mereka sendiri.
Your browser doesn’t support HTML5
Banyak negara Eropa nampaknya menanggapi pernyataan itu secara serius.
Alexander Stubb adalah anggota parlemen Finlandia dan salah satu calon unggulan dalam pemilihan presiden mendatang di negara itu.
“Kita membutuhkan NATO yang lebih berbobot Eropa. Saya pikir, Amerika tidak akan meninggalkan kita sendirian, tetapi lebih bermanfaat kalau kita siap menghadapi situasi di mana kita harus mengambil lebih banyak tanggung jawab untuk pertahanan kita. Dan saya pikir, Amerika benar terkait hal itu,” ujar Stubb.
Eropa melakukan investasi lebih besar dalam pertahanan, termasuk meningkatkan produksi amunisi dan senjata untuk Ukraina.
Tetapi mengganti peran utama AS seperti yang dilakukan di bawah presiden Biden dalam menghadapi perang di Ukraina akan membutuhkan waktu, dan Kyiv tidak memiliki itu. [ns/jm]