8 Tewas Setelah Drama Penyanderaan di Filipina Berakhir

Petugas medis mengangkat seorang penumpang yang selamat dari pembajakan bis di Manila, 23 Agustus 2010.

Polisi Filipina yang mengenakan helm dan rompi anti peluru menyerbu bis wisata yang dibajak.

Delapan orang tewas dan dua luka-luka parah setelah terjadi pertumpahan darah dalam krisis penyanderaan satu hari di ibukota Filipina, Manila.

Polisi memakai topi baja dan jaket tahan peluru menyerang sebuah bis wisata yang dibajak Senin sore, mempergunakan palu untuk memecahkan kaca kendaraan. Bekas petugas polisi Rolando Mendoza menyandera 15 turis Hongkong dalam sebuah usaha untuk memperoleh kembali pekerjaannya.

Polisi mengatakan Mendoza tewas oleh penembak jitu polisi, tetapi ia berhasil menembaki para sandera dengan senapan serbu. Pemimpin Hongkong Donald Tsang mengatakan 7 turis tewas dan dua luka-luka parah. Enam lainnya sedang diobati di beberapa rumah sakit Manila.

Liputan televisi memperlihatkan empat sandera dibantu keluar dari bis dan lainnya diusung dengan tandu. Pengemudi bis berhasil melarikan diri ketika penembakan dimulai.

Mendoza adalah bekas inspektur polisi senior yang dipecat dari kepolisian Metro Manila pada 2008 karena tuduhan pemerasan dan menakut-nakuti.

Kepala Inspektur Erwin Margarejo dari distrik kepolisian Manila mengatakan bahwa Mendoza menuntut agar nama baiknya dipulihkan dan dirinya dikembalikan pada jabatannya yang semula.

Presiden Benigno Aquino III membela penanganan insiden itu oleh polisi, katanya tadinya ada harapan penyanderaan ini akan berakhir secara damai. Tetapi ia mengatakan ia tidak puas kalau ada orang yang tewas dan berjanji akan memerintahkan penyelenggaraan penyelidikan.

Pemerintah Hongkong menerbitkan peringatan agar jangan melakukan perjalanan ke Filipina. Pemerintah mendesak semua penduduk Hongkong yang sudah berada di Filipina agar pulang secepat mungkin.