Seorang artis berdarah Jerman-Israel yang menuduh Twitter gagal menghapus cuitan-cuitan kebencian telah mengambil tindakan sendiri – dengan menuliskan pesan-pesan dengan cat di pelataran kantor pusat Twitter di Hamburg.
Sebuah postingan di situs berbagi video, YouTube, menunjukkan Shahak Shapira dan rekan sesama aktivis mengecat cuitan-cuitan di pelataran kantor Twitter yang berbunyi “Jerman butuh solusi akhir untuk Islam” dan “Ayo bunuh Yahudi dengan gas beracun” – sebuah referensi nyata pada rezim Nazi semasa Perang Dunia II yang terlibat dalam genosida kaum Yahudi di Eropa.
“Seandainya Twitter memaksa saya untuk melihat semua yang saya perbuat, merekapun harus melakukan hal yang sama,” ujarnya dalam video, yang diposting hari Senin, sembari menjelaskan komentar-komentar yang dituliskan di pelataran kantor pusat Twitter sebagai pelanggaran atas pedoman komunitas jejaring sosial.
Ujaran kebencian khususnya sangat sensitif di Jerman, yang sejarahnya dibentuk oleh pertarungan untuk melakukan ganti rugi atas kejahatan yang diperbuat oleh Nazi.
Seorang juru bicara untuk Twitter menyampaikan kepada Reuters bahwa perusahaannya tidak bersedia berkomentar secara spesifik terhadap akun-akun individu atas dasar privasi, namun menyatakan perusahaannya telah secara ketat menegakkan aturan dan meningkatkan tindakannya untuk menertibkan penyalahgunaan di jejaring media sosial miliknya.
Saat ini Twitter telah mengambil tindakan 10 kali lebih banyak terhadap akun-akun yang menyalahgunakan peraturan dibandingkan saat yang sama tahun lalu, tambahnya.
Shapira mengatakan Facebook telah bertindak lebih tegas dibandingkan Twitter dalam merespon permohonan yang diajukan, dengan menghapus 80 persen dari 150 komentar bernada ujaran kebencian yang telah ia laporkan.
Ketika Twitter menghapus cuitan-cuitan yang bersifat ofensif, Shapira mengatakan ia tidak pernah menerima laporan tentang tindakan Twitter yang menghapus cuitan ofensif.
"Saya pilih beberapa cutian yang tidak mereka hapus, dan datang ke Hamburg untuk menuliskannya di pelataran kantor Twitter," ujarnya. "Besok mereka harus melihat cuitan-cuitan yang telah mereka abaikan." [ww/dw]