AS akan Terus Patroli Kendati Ada Penempatan Rudal di Laut Cina Selatan

Peluncuran peluru kendali jelajah Tomahawk sebagaimana terlihat dari kapal induk USS George H.W. Bush

Penempatan rudal-rudal darat-ke-udara oleh China di kawasan Laut Cina Selatan bisa jadi semakin mempekeruh pertikaian teritorial di kawasan tersebut, namun para pejabat mengatakan situasi ini tidak akan menghentikan patroli laut dan patroli udara yang dilakukan oleh AS di kawasan tersebut.

"Kami memiliki kapasitas untuk menghadapi rudal darat-ke-udara jenis ini," ujar pejabat Kementrian Pertahanan AS kepada VOA.

"Kehadiran kami [di kawasan Laut Cina Selatan] untuk memperkuat ketertiban yang utama dan menegakkan hukum internasional. Hal tersebut tidak akan berubah," pejabat lainnya yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada VOA.

Citra The ImageSat International (ISI) yang dirilis minggu ini yang menunjukkan rudal darat-ke-udara di Woody Island di Kawasan Laut Cina Selatan yang menimbulkan “keprihatinan” Pentagon, menurut pejabat humas Kementrian Pertahanan Bill Urban.

Sistem pertahanan udara Cina HQ-9, seperti yang terlihat dari foto yang diambil di Woody Island, berdasarkan informasi yang diberikan oleh para pejabat tersebut kepada VOA, memiliki jangkauan kurang lebih 200 kilometer, atau sekitar 125 mil.

Kalangan analis mengatakan penempatan sistem rudal darat-ke-udara tersebut akan menjadikannya sistem rudal darat-ke-udara paling maju yang ditempatkan di sebuah pulau di kawasan Laut Cina Selatan. Kehadiran sistem tersebut adalah sebuah ancaman serius bagi pesawat udara yang terbang di kawasan tersebut.

'Militerisasi'

Citra rudal-rudal China yang ditempatkan di Woody Island muncul kurang dari satu bulan setelah Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan negaranya tidak akan terlibat dalam “militerisasi” di kawasan Laut Cina Selatan. Yi menambahkan, namun demikian, “pertahanan diri” mungkin dibutuhkan.
Seorang pejabat Kementrian Pertahanan AS menolak gagasan sebuah negara yang mencoba mengklasifikasikan penempatan rudal darat-ke-udara selain daripada militerisasi.

“Apakah ini sebuah sistem penyambutan? Sebuah cara untuk memastikan keselamatan maritim? ... Jelas tidak,” pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada VOA.

Para pejabat AS telah mengekspresikan ketidaksetujuannya terhadap aksi Beijing untuk membangun pulau di kawasan Laut Cina Selatan, yang mengubah kawasan karang dan beting yang sebagian terendam air laut menjadi landasan udara yang mampu menampung pesawat-pesawat militer. Namun penempatan rudal-rudal canggih menandakan selangkah lagi kemajuan yang menurut pejabat senior Kementerian Pertahanan menunjukkan “niat” China.

Chaff dan Flares

Kendati rudal-rudal tersebut mengancam pesawat yang beroperasi di kawasan tersebut, pesawat-pesawat militer AS menggunakan sistem chaff dan flares untuk menanggulangi ancaman tersebut.

Rudal darat-ke-udara menjejak panas yang dipancarkan melalui lubang pembuangan udara mesin jet, sehingga chaff dan flares di sini berfungsi sebagai umpan untuk mengacaukan sistem penjejak panas dari rudal-rudal tersebut.

Salah seorang pejabat AS menjelaskan chaff sebagai "bomb konfeti dari cabikan aluminum." Awan logam panas, yang bersifat reflektif, yang disebarkan mampu mengalihkan perhatian rudal sehingga menjauh dari jet yang menjadi incaran.

Flares adalah logam panas yang terbakar pada suhu yang lazimnya lebih panas dari lubang pembuangan mesin jet. Alat pertahanan ini akan membuat rudal kesulitan untuk mengincar panas yang disemburkan oleh mesin jet yang memberi kesempatan kepada jet tersebut untuk menjauh dari jangkauan. Peralatan lain yang digunakan oleh militer AS untuk melawan rudal-rudal darat-ke-udara adalah rudal jelajah Tomahawk.

Rudal-rudal ini dapat menghancurkan sasaran-sasaran yang berada di daratan dari jarak yang berada di luar jangkauan sistem HQ-9.

"Serangan yang terbaik adalah pertahanan yang baik," jelas salah satu pejabat AS.

Namun demikian, seorang pejabat lainnya mewanti-wanti bahwa sistem rudal darat-ke-udara seperti HQ-9 dapat disandingkan dengan sistem persenjataan lainnya, sehingga mempertahankan sebuah jet akan lebih rumit apabila hanya mengandalkan satu alat.

Utamakan Diplomasi

Meskipun terjadi peningkatan kehadiran militer, para pejabat AS terus menerus mendesak semua pihak di kawasan terebut untuk memecahkan semua persoalan klaim wilayah melalui jalur diplomasi.

"Kami senantiasa mendorong para pihak yang mengajukan klaim untuk mengklarifikasi semua klaim menyangkut batas wilayah dan maritim sesuai dengan hukum internasional, dan untuk berkomitmen untuk mengelola semua perselisihan tersebut dengan jalan damai atau mencari jalan pemecahannya," ujar pejabat humas Pentagon, Bill Urban. [ww/dw]