Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan Amerika Serikat mendukung integrasi ekonomi di antara negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara, sebagai cara untuk memperkuat ekonomi di kawasan itu.
Dia menyampaikan hal tersebut di Sri Lanka saat mengadakan pembicaraan dengan para pejabat tinggi negara itu mengenai perdagangan dan isu-isu lain, serta mengunjungi sebuah kuil Buddha.
Sambil diiringi sejumlah musisi berkostum meriah, Kerry mengunjungi Kuil Kelaniya Sri Lanka hari Sabtu (2/5), sehari sebelum Hari Raya Waisak.
Kemudian, dalam pidatonya kepada para pemimpin masyarakat madani, dia mengatakan Asia Selatan adalah salah satu wilayah di dunia yang ekonominya kurang terpadu.
“Perdagangan di antara negara-negaranya mencapai sekitar 5 persen dari total perdagangan dan biaya untuk melakukan bisnis lintas batas karena hambatan non-tarif, bea impor dan kepadatan di perbatasan merupakan hambatan besar bagi pertumbuhan," ujarnya.
Dia mengatakan karena alasan-alasan itulah AS mempromosikan Koridor Ekonomi Indo-Pasifik, rencana perdagangan yang dirancang untuk mendorong pertumbuhan di kedua kawasan itu.
Selain mempromosikan perdagangan regional, Kerry mengatakan AS juga ingin memperluas ikatannya dengan Sri Lanka.
“Menlu Sri Lanka dan saya sepakat untuk mengadakan dialog kemitraan tahunan antara kedua negara. Saya juga telah meminta tim-tim dari seluruh instansi dalam pemerintahan AS untuk bergerak cepat dan menyediakan bantuan teknis," ujarnya.
Menteri Luar Negeri Sri Lanka, Mangala Samaraweera mengatakan, negaranya mencari investasi dan pakar teknis asing.
“Selama bertahun-tahun, Sri Lanka dianggap sebagai surga bagi para wisatawan. Kini pemerintahan kami juga ingin menjadikan Sri Lanka sebagai surga bagi para investor," ujarnya.
Kerry juga bertemu dengan Presiden baru Sri Lanka, Maithripala Sirisena. Dia menjabat sejak Januari dan berjanji untuk mengurangi kekuasaan presiden, mengedepankan hak asasi manusia, dan tidak menggunakan upaya-upaya otoriter yang diterapkan pendahulunya, yang memperkuat cengkeraman kekuasaannya sampai akhir perang saudara yang panjang di negara itu melawan pemberontak Macan Tamil.
AS berupaya mengambil langkah yang seimbang dengan Sri Lanka, kata Teresita Schaffer, bekas Duta Besar AS untuk Sri Lanka. Dia mengatakan AS ingin menawarkan bantuan tetapi tidak ingin kelihatan campur tangan.
“Dalam periode tiga bulan pertama ini, AS telah berupaya untuk tidak terlibat terlalu jauh dalam usaha pemerintahan baru Sri Lanka untuk mengatasi situasi politik yang sangat sulit dengan penduduk yang sangat beragam," ujarnya.
Kerry adalah Menlu AS pertama yang mengunjungi Sri Lanka setelah Colin Powell pada tahun 2004.
Dia akan bertemu dengan kepala Aliansi Nasional Tamil sebelum menuntaskan kunjungannya ke negara itu dan melawat ke Afrika.