Amerika Serikat pada Rabu (5/6) memperingatkan kemungkinan “eskalasi” di Lebanon setelah Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu memperingatkan adanya sebuah operasi. AS mengatakan bahwa konflik hanya akan merugikan keamanan Israel.
“Kami tidak ingin melihat eskalasi konflik yang akan mengarah pada kehilangan nyawa lebih banyak baik dari rakyat Israel maupun Lebanon, dan akan sangat merugikan keamanan dan stabilitas Israel secara keseluruhan di kawasan itu,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller kepada para jurnalis.
Netanyahu berkunjung ke wilayah perbatasan sisi utara setelah perang selama delapan bulan dengan Hamas yang menghancurkan Gaza. Ia memperingatkan bahwa Israel telah “siap untuk sebuah operasi yang sangat intens” di perbatasan tersebut.
BACA JUGA: Penjabat Menlu Iran Kunjungi LebanonKunjungan itu dilakukan setelah hampir setiap hari terjadi baku tembak dengan pejuang Hizbullah di Lebanon. Seperti Hamas, Hizbullah adalah sekutu Iran.
Meski begitu, Miller mengecilkan kemungkinan bahwa perang sudah hampir terjadi dengan Lebanon.
“Pernyataan-pernyataan dari pemerintah Israel bahwa mereka siap untuk operasi militer, jika diperlukan, itu berbeda dengan mengatakan bahwa mereka telah membuat keputusan untuk menggelar operasi militer,” kata Miller.
“Kami masih berada pada tahap di mana kami percaya mereka lebih menyukai solusi diplomatik,” kata Miller lagi.
Ia mengatakan bahwa AS memahami “situasi yang tidak dapat dipertahankan bagi Israel” di perbatasan sisi utara mereka.
“Ada puluhan ribu warga Israel yang tidak bisa kembali ke rumah mereka di Israel utara karena kawasan itu tidak aman, disebabkan oleh penembakan terus menerus dari Hizbullah dan serangan-serangan drone di kawasan tersebut,” kata Miller. [ns/ka]