Dengan ribuan penjaga dikerahkan di berbagai penjuru Sri Lanka untuk mengamankan tempat-tempat ibadah, warga Muslim di Sri Lanka melaksanakan sholat Jumat, kurang dari sepekan setelah serangan bom maut pada hari Minggu Paskah di gereja-gereja dan hotel-hotel di ibukota negara itu. Serangan tersebut dilakukan oleh sejumlah ekstremis Muslim.
“Semua orang cemas,” kata Abdullah Mohammed yang berusia 48 tahun kepada Associated Press sebelum sholat. “Bukan hanya Muslim, umat Buddha, Kristen, Hindu, semuanya cemas.”
Kedutaan Besar Amerika di Kolombo telah menganjurkan orang-orang agar menghindari tempat-tempat ibadah di Sri Lanka pada akhir pekan ini, seraya menyebut berbagai berita di Sri Lanka bahwa serangan lainnya mungkin akan terjadi.
“Tetap bersikap waspada dan hindari kerumunan besar,” sebut kedutaan hari Kamis (25/4) di akun Twitter resminya.
Peringatan itu muncul beberapa hari setelah serangan terhadap gereja-gereja dan hotel-hotel pada hari Minggu Paskah, sewaktu serangan bom bunuh diri menewaskan lebih dari 250 orang. Para pejabat sebelumnya menyatakan jumlah korban tewas lebih dari 350 orang tetapi kemudian merevisi angkanya pada hari Kamis, dengan mengatakan sejumlah mayat mungkin dihitung dua kali.
Para pejabat Sri Lanka menyatakan tersangka dalang serangan-serangan itu, Zahran Hashim, tewas dalam serangan terhadap Shangri-La Hotel.
Harian Sri Lanka The Daily Mirror melaporkan, saudara Hashim mengatakan orang tua mereka, saudara-saudara lelaki dan perempuan mereka telah menghilang sejak 18 April.
Presiden Maithripala Sirisena mengatakan kepala kepolisian Sri Lanka Pujith Jayasundara mengundurkan diri hari Jumat (26/4) karena gagalnya keamanan terkait serangan-serangan itu.
Hari Kamis (25/4), Menteri Pertahanan Hemasriri Fernando meletakkan jabatan terkait serangan bom itu, memenuhi permintaan presiden Sri Lanka agar ia mengundurkan diri. [uh]