AS akan Perpanjang Kerjasama Tenaga Nuklir dengan China

Lokasi pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Sanmen yang sedang dibangun di provinsi Zhejiang, China timur (foto: dok).

Para pejabat AS urusan keamanan dan energi nuklir hari Senin (11/5) memberi penjelasan kepada Kongres tentang rencana perpanjangan kerjasama tenaga nuklir dengan China.

Kongres Amerika saat ini sedang mempertimbangkan apakah akan memperbarui perjanjian nuklir dengan China yang sudah berjalan 30 tahun dan akan kedaluwarsa akhir tahun ini.

Jika diperpanjang, China yang merupakan pasar tenaga nuklir terbesar di dunia bisa terus membeli reaktor dan teknologi lain buatan Amerika untuk memproses ulang plutonium dari bahan nuklir yang sudah terpakai.

Selain dengan China, Amerika memiliki perjanjian serupa dengan negara-negara lain termasuk Taiwan. Presiden Barack Obama ingin Kongres memperpanjang perjanjian itu dengan China.

Ketika mengajukan permohonan perpanjangan itu, Presiden Obama mengatakan hal tersebut akan memberikan “kerangka komprehensif bagi kerjasama nuklir yang damai dengan China berdasarkan komitmen bersama bagi nonproliferasi nuklir.”

Kongres punya waktu 90 hari untuk mengkaji perjanjian dengan China itu, dan sejumlah anggota Komisi Hubungan Luar Negeri di Senat mengatakan akan meneliti berbagai ketentuannya dengan cermat.

Amerika dan China adalah dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia, dan pihak Barat terus dengan hati-hati memantau ekspansi China di Laut Cina Selatan.

Pada saat bersamaan, sejumlah pihak di Kongres mempertanyakan komitmen China pada perjanjian nonproliferasi nuklir internasional terutama terkait transfer teknologi ke tetangganya yaitu Korea Utara.

Jika Kongres tidak melakukan apapun hingga masa kajian itu berakhir, perjanjian nuklir dengan China itu akan berlanjut selama 30 tahun lagi sesuai yang diusulkan.

Pemerintahan Obama mengirim lima pejabat untuk menjelaskan kepada komisi hubungan luar negeri Kongres. Para pejabat itu mengurus masalah nonproliferasi nuklir, keamanan internasional, perdagangan luar negeri dan keamanan nuklir.

Kajian atas perjanjian dengan China itu dilakukan sementara Kongres juga sedang membahas kajian serupa atas perjanjian nuklir yang mungkin dicapai pihak Barat dengan Iran. Senat telah meloloskan RUU itu dan DPR kini sedang mempertimbangkannya.

Presiden Obama mengatakan akan menandatangani RUU itu yang akan memberi Kongres Amerika hak untuk menganalisa perjanjian antara Iran dengan kelompok P5+1 (Amerika, Inggris, Perancis, China, Rusia dan Jerman).

Departemen Riset Kongres mengatakan perdagangan bahan-bahan dan teknologi nuklir Amerika dengan China telah meningkat dalam satu dekade ini. Westinghouse, sebuah perusahaan besar Amerika, sedang membangun empat reaktor pertamanya yang dijual ke China. Mereka berencana membangun enam reaktor lagi dan 30 lainnya yang telah diusulkan.