Menteri Luar Negeri Amerika, Rex Tillerson dan Menlu Rusia Sergei Lavrov, "sepakat untuk terus berupaya menuju penyelesaian diplomatik untuk mencapai pelucutan senjata di semenanjung Korea," kata Departemen Luar Negeri AS, Rabu (27/12).
Sebuah pernyataan AS mengatakan, keduanya berbicara melalui telepon, Selasa guna membahas masalah terkait program nuklir Korea Utara yang menyebabkan "destabilisasi” dan menekankan bahwa baik Amerika maupun Rusia tidak bisa menerima Korea Utara sebagai negara yang berkekuatan nuklir.
Sehari sebelumnya, kementerian luar negeri Rusia mengatakan, Lavrov berkata kepada mitranya, Tillerson, bahwa "retorika agresif Washington" telah meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea. Rusia juga mengatakan, Lavrov menyebut retorika AS tidak dapat diterima.
Sementara itu, Departemen Keuangan AS mengumumkan, pihaknya telah memberlakukan sanksi terhadap dua pejabat Korea Utara atas peran mereka dalam program rudal balistik Pyongyang.
Langkah itu menyusul persetujuan Dewan Keamanan PBB atas resolusi Jumat, yang membatasi jumlah bensin dan solar yang boleh diimpor Korea Utara dan mengetatkan inspeksi kapal yang diduga membawa barang-barang terlarang ke atau dari Korea Utara.
Korea Utara secara signifikan telah meningkatkan program nuklir dan misilnya pada tahun 2017, meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang baru dikembangkannya, yang dinamakan Hwasong, dalam 15 bulan terakhir. Korea utara mengklaim rudal itu bisa dimuati hulu ledak nuklir dan mampu mencapai wilayah daratan Amerika.
Uji coba itu merupakan tes ICBM ketiga Pyongyang tahun ini dan peluncuran rudal balistik ke-20 tahun ini. [ps/jm]