AS Selidiki Penembakan Wartawan Al Jazeera, Israel: “Ini Kesalahan Besar”

  • Associated Press

Mural buatan seniman Palestina Taqi Spateen yang berisi gambar jurnalis Palestina-Amerika Shireen Abu Akleh tersemat di tembok pemisah di Tepi Barat, Bethlehem, dalam foto yang diambil pada 6 Juli 2022. (Foto: AP/Mahmoud Illean)

Israel, pada Senin (14/11), mengonfirmasi bahwa Departemen Kehakiman Amerika Serikat telah melancarkan penyelidikan terhadap penembakan wartawan Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, dan mengutuk penyelidikan itu sebagai “kesalahan besar” dan bersumpah tidak akan bekerja sama dalam penyeldikan tersebut.

Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mencuit di Twitter bahwa Israel telah menjelaskan kepada Amerika Serikat, “pihaknya tidak akan bekerja sama dalam penyelidikan eksternal itu.” Ia menambahkan, “kami tidak akan membiarkan adanya campur tangan terhadap urusan internal Israel.”

Shireen Abu Akleh adalah warga Palestina dan juga warga negara Amerika Serikat, yang telah meliput operasi Israel di wilayah Palestina selama bertahun-tahun.

Juru bicara Departemen Kehakiman AS belum menanggapi permohonan komentar atas pernyataan Gantz tersebut.

Belum jelas kapan penyelidikan itu dimulai dan apa yang akan terjadi. Tetapi penyelidikan oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap tindakan Israel tersebut merupakan hal yang sangat langka terjadi, sebuah langkah yang dapat mengguncang aliansi kuat kedua negara.

Pejabat Palestina, keluarga Abu Akleh dan pihak Al Jazeera menuduh Israel telah dengan sengaja menarget dan membunuh wartawan berusia 51 tahun yang mengenakan helm dan rompi pelindung tubuh bertulis huruf besar “PERS” ketika ia ditembak pada Mei lalu di wilayah pendudukan di Tepi Barat.

BACA JUGA: Jurnalis: Israel Kobarkan ‘Perang’ terhadap Pekerja Media Palestina

Shireen Abu Akleh diketahui telah meliput di Tepi Barat untuk media Al Jazeera selama dua dekade, dan merupakan wajah yang sangat dikenal di seluruh dunia Arab. Kematiannya bergema ke seluruh wilayah itu.

Keluarga Akleh dan Kementerian Luar Negeri Palestina juga belum menanggapi permohonan untuk menanggapi pernyataan Gantz itu.

Juru bicara Perdana Menteri Israel Yair Lapid menolak berkomentar. Sementara mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang dalam beberapa minggu mendatang diperkirakan akan kembali memimpin negara itu, juga belum memberi tanggapan apapun.

Israel telah mengakui bahwa tembakan tentaranya mungkin membunuh Shireen, tetapi membantah keras bahwa tentaranya sengaja menarget wartawan perempuan itu.

BACA JUGA: Iran Tahan 2 Jurnalis Perempuan atas Tuduhan Proganda Saat Meliput Protes

Bukan hal yang aneh bagi Biro Penyidik Federal (FBI) dan badan penyelidik lain di Amerika Serikat untuk menyelidiki kematian atau cedera yang tidak alamiah yang dialami warga negara AS di luar negeri, terutama jika mereka adalah pegawai pemerintah.

Namun penyelidikan terpisah semacam itu bukanlah suatu aturan dan jarang terjadi, bahkan belum pernah terjadi sebelumnya di negara sekutu Amerika Serikat seperti Israel yang diakui memiliki sistem peradilan yang kredibel dan independent.

Para kritikus telah sejak lama menuduh militer Israel melakukan pekerjaan buruk dalam menyeliki kesalahan yang dilakukan pasukannya dan jarang meminta pertanggungjawaban mereka. Setelah penyelidikannya sendiri, pihak berwenang Israel memutuskan untuk tidak melancarkan penyelidikan kriminal. [em/rs]