Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengunjungi Ibu Kota Vietnam pada Minggu (10/9), di mana kedua negara diperkirakan akan menyatakan diri sebagai mitra strategis. Hal tersebut dilakukan seiring dengan upaya Washington untuk mendorong rantai pasokan dari China dan kedua negara tengah berupaya melawan pengaruh militer dan diplomatik Beijing di Asia.
Biden akan tiba di Istana Kepresidenan pada Minggu (10/9) sore untuk menerima sambutan resmi dari Sekretaris Jenderal Partai Komunis Nguyen Phu Trong, pemimpin paling berkuasa di Vietnam. Biden juga dijadwalkan akan mendatangai markas Partai di mana keduanya akan bertemu dan kemudian memberikan pernyataan publik.
Kunjungan Biden tersebut dilakukan seiring dengan meningkatnya hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara dan sengketa wilayah antara Vietnam dan China yang telah lama memanas di Laut China Selatan. Vietnam menyebut China, Rusia, India, dan Korea Selatan sebagai “mitra strategis komprehensif.” Gelar tersebut diharapkan juga disematkan kepada AS.
BACA JUGA: Mengapa Biden Kunjungi Vietnam, Bukan Jakarta?Menggarisbawahi pentingnya Vietnam sebagai destinasi investasi di negara mitra terkait rantai pasokan atau friendshoring bagi perusahaan teknologi AS, pada Senin (11/9), para eksekutif dari Google, Intel, Amkor, Marvell, GlobalFoundries, dan Boeing diharapkan akan bertemu dengan para eksekutif teknologi Vietnam dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Hanoi.
Ekspor Vietnam ke AS naik 13,6 persen pada tahun lalu menjadi $109,39 miliar yang berasal dari industri garmen, sepatu, ponsel pintar, elektronik, dan furnitur kayu.
Kunjungan Biden ke Hanoi terjadi hampir 50 tahun setelah berakhirnya Perang Vietnam yang sangat tidak populer antara pemerintah Komunis Vietnam Utara yang didukung Soviet dan rezim Vietnam Selatan yang didukung AS.
Lawatan itu mewakili “sebuah langkah luar biasa dalam memperkuat hubungan diplomatik kami,” dan mencerminkan “peran utama” yang akan dimainkan Vietnam dalam kemitraan AS di Indo Pasifik, kata penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan kepada wartawan pada minggu ini.
BACA JUGA: Tegaskan Komitmen pada Sentralitas ASEAN, Wapres AS Siap Ikuti KTT ASEAN“Selama beberapa dekade, AS dan Vietnam telah bekerja untuk mengatasi warisan bersama yang menyakitkan dari Perang Vietnam, bekerja sama untuk mendorong rekonsiliasi, dengan anggota militer dan veteran kami yang menerangi jalannya,” katanya.
Washington telah berupaya meningkatkan hubungan dengan Hanoi menjadi kemitraan “strategis” dari kemitraan yang selama dekade terakhir disebut “komprehensif.” Vietnam bersikap hati-hati mengingat adanya risiko pertentangan dengan China, negara tetangga besar yang memasok bahan-bahan penting bagi perdagangan ekspor penting Vietnam, atau Rusia, mitra tradisional lainnya.
Vietnam sedang melakukan pembicaraan dengan beberapa negara lain untuk meningkatkan dan memperluas persenjataannya yang sebagian besar buatan Rusia, termasuk Republik Ceko, dan baru-baru ini terlibat dalam beberapa pertemuan pertahanan tingkat tinggi dengan para pejabat tinggi Rusia.
Pekan lalu, sebuah komisi pemerintah AS menuduh Vietnam melakukan kemunduran dalam hal kebebasan beragama, dan mengatakan bahwa negara tersebut berada pada “jalan yang serupa dengan China dalam hal regulasi dan kontrol terhadap agama.” [ah/ft]