Keputusan Korea Utara untuk menangguhkan uji-coba senjata-senjata nuklir dan rudal balistik jarak jauh disambut baik tapi hati-hati di Asia, dimana banyak penduduk mengingat pengingkaran janji dalam sejarah.
Para pejabat Amerika dan Korea Utara secara bersamaan mengumumkan terobosan tersebut hari Rabu, dengan mengatakan Pyongyang juga akan menghentikan aktivitas nuklir lainnya, termasuk pengayaan uranium. Sementara itu Amerika mengatakan akan meneruskan rencana untuk menyediakan 240 ribu metrik ton bantuan pangan Amerika bagi Korea Utara.
Menteri Luar Negeri Jepang Koichiro Gemba hari Kamis di Tokyo mengatakan, kesepakatan itu juga membolehkan kembalinya tim inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Koichiro mengatakan, “Korea Utara mengatakan mereka bersedia mengijinkan tim pemantau IAEA kembali. Mereka juga berjanji akan mengambil langkah-langkah menuju bebas nuklir dan menghentikan pelucnuran rudal-rudal jarak pendek, ini merupakan pencapaian signifikan."
Menteri Luar Negeri Jepang menggambarkan konsesi yang ditawarkan Korea Utara sebagai hal “signifikan”. Tetapi mengakui bahwa lebih banyak yang harus dilakukan sebelum pembicaraan enam negara tentang program nuklir Pyongyang yang sudah lama terhenti, dapat dimulai lagi.
Juru bicara Kementerian Luar negeri Tiongkok juga menyambut kesepakatan itu, dengan mengatakan Beijing akan terus berupaya untuk memainkan peran konstruktif dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan di kawasan itu.
Para pejabat Amerika hari Rabu mengakui bahwa mereka melihat kesepakatan itu hanya sebagai langkah awal dalam proses yang panjang.
“Kami menyambut baik kesepakatan yang dibuat oleh Korea Utara, tetapi jelas ini perlu diikuti dengan beberapa tindakan, dan komitmen melakukan sesuatu merupakan suatu hal. Benar-benar melakukannya merupakan hal lain lagi. Jadi kami akan melanjutkan kebijakan ini dengan pendekatan semacam itu,” ujar jurubicara Gedung Putih, Jay Carnet.
Kesepakatan itu tercapai setelah pembicaraan pekan lalu di Beijing antara para pejabat Amerika dan Korea Utara, hanya dua bulan setelah wafatnya pemimpin tertinggi Korea Utara – Kim Jong Il.
Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton mengatakan tim Amerika dan Korea Utara akan bertemu segera untuk merampungkan rincian rencana pengiriman bantuan pangan bagi Korea Utara. Ia mengatakan kesepakatan itu menetapkan “pemantuan intensif” guna menjamin bantuan tersebut sampai kepada yang paling membutuhkan.