Asosiasi Senapan Nasional (National Rifle Association/NRA) akan melanjutkan rencana pembukaan konvensi tahunannya pada hari Jumat (27/5) di Houston, hanya beberapa hari setelah seorang remaja pria bersenjata memasuki Sekolah Dasar Robb di Uvalde, juga di Texas, dan membunuh 19 anak dan dua guru.
Gubernur Texas Gregg Abbott, yang dijadwalkan untuk menyampaikan pidato langsung di konvensi pada Jumat, telah mengundurkan diri dari penampilannya dan sebaliknya akan melakukan perjalanan ke Uvalde.
Namun, mantan Presiden AS Donald Trump masih dijadwalkan untuk berbicara di acara tiga hari kelompok lobi hak senjata itu.
Sementara itu, otoritas penegak hukum Texas menghadapi pertanyaan sulit tentang tanggapan mereka dan lamanya waktu yang mereka butuhkan pada hari Selasa untuk menyerbu sekolah guna menghadapi pria bersenjata berusia18 tahun, bernama Salvador Ramos. Para pejabat mengatakan Ramos, seorang putus sekolah menengah, berada di Robb Elementary selama 40 menit hingga satu jam sebelum polisi menerobos masuk ke ruang kelas empat di mana dia telah membunuh 21 orang.
Para saksi mata mengatakan orang tua dari anak-anak yang terperangkap di sekolah, yang terletak di lingkungan perumahan, dan para saksi mata yang berkumpul pada tengah hari pada hari Selasa itu meneriaki polisi untuk memasuki sekolah dan mengakhiri pembantaian.
Seorang saksi mata di luar sekolah, Juan Caranza, 24, yang menyaksikan adegan itu dari luar rumahnya di seberang jalan, mengatakan para perempuan berteriak kepada polisi, “Masuk ke sana! Masuk sana!”
BACA JUGA: Teori Konspirasi Berbahaya tentang Penembakan di Texas Beredar LuasPolisi lebih lanjut memberikan linimasa penembakan pada Kamis. Victor Escalon, direktur regional di Departemen Keamanan Publik Texas, mengatakan Ramos masuk ke gedung melalui pintu yang tidak terkunci dan tanpa menemui petugas keamanan sekolah. Laporan itu bertentangan dengan laporan sebelumnya.
Sekolah biasanya memiliki polisi bersenjata yang bertugas, tetapi ketika pria bersenjata itu tiba pada Selasa, “tidak ada petugas, siap di sana, bersenjata,” dan pria bersenjata itu memasuki gedung “tanpa halangan,” kata Escalon.
Pria bersenjata itu tewas ketika tim taktis Patroli Perbatasan AS tiba, masuk ke ruang kelas dan membunuh pria bersenjata itu, kata Escalon.
Javier Cazares, yang putri kelas empatnya, Jacklyn Cazares, tewas dalam serangan itu, mengatakan bahwa dia mengemukakan gagasan dengan orang-orang lain untuk menyerbu gedung itu sendiri karena polisi tidak bergerak cukup cepat.
“Mari kita cepat masuk karena polisi tidak melakukan hal seperti yang seharusnya mereka lakukan,” katanya. “Lebih banyak yang seharusnya bisa dilakukan. Mereka tidak siap.”
Seorang pengamat merekam video yang diposting ke akun Facebook-nya yang memperlihatkan pemandangan para orang tua murid yang berusaha keras untuk membuat polisi bergerak lebih cepat untuk menyelamatkan anak-anak mereka.
BACA JUGA: Suami Guru Korban Penembakan Texas Turut Wafat karena Serangan Jantung“Polisi-polisi ini ada di sini. Bung, ada penembakan di sekolah, dan polisi ini menyuruh semua orang pergi, bung, sementara semua orang di sini mencoba menjemput anak-anak mereka, “ kata pria itu dalam akun yang diterbitkan oleh harian The Washington Post.
Kemudian, pria itu mengatakan bahwa anak-anak “semua ada di sana, dan polisi tidak melakukan apa-apa, tetapi hanya berdiri di luar.”
Seorang perempuan, yang mengatakan putranya ada di sekolah, mendesak polisi untuk menembak pria bersenjata itu.
“Mereka anak-anak,” teriaknya. “Saya akan masuk, saya akan masuk sendiri,” kata perempuan itu.
BACA JUGA: Ratusan Siswa di Michigan Walkout untuk Beri Dukungan pada Korban Penembakan TexasDirektur Keamanan Publik Departemen Texas Steve McCraw pada hari Rabu membela tanggapan polisi, dengan mengatakan, “Intinya adalah penegak hukum ada di sana. Mereka langsung terlibat. Mereka memang menahan di dalam kelas” sebelum membunuhnya.
Escalon, dari Departemen Keamanan Publik Texas, mengatakan bahwa dua petugas polisi Uvalde tiba empat menit kemudian dan berlari ke sekolah tetapi segera mundur ketika Ramos menembaki mereka.
Pihak berwenang terus mencari motif di balik amukan mengerikan itu, penembakan sekolah paling mematikan di AS dalam hampir satu dekade. Mereka mengatakan Ramos tidak memiliki riwayat kriminal atau kesehatan mental, meskipun beberapa kenalannya menceritakan perilaku anti-sosialnya yang mengganggu, seperti menembakkan senjata BB ke orang-orang yang berjalan secara acak di Uvalde atau melemparkan telor ke mobil-mobil yang lewat. [lt/ab]