Australia Desak Indonesia Hormati Korban Bom Bali

Abu Bakar Ba'asyir (foto: dok.)

Perdana Menteri Australia Selasa menyatakan ia akan kecewa apabila ulama radikal Abu Bakar Ba’asyir dibebaskan lebih awal dari penjara. Ia juga mendesak Indonesia agar menunjukkan respek kepada para korban serangan bom di kelab malam di Bali pada tahun 2002, yang diilhami oleh ulama tersebut.

Menko Polhukam Wiranto Senin mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo telah memintanya untuk mengkoordinasikan peninjauan kembali semua aspek rencana pembebasan ulama berusia 80 tahun itu, menyusul kritik dari dalam dan luar negeri.

Australia telah melakukan pembahasan tingkat tinggi dengan Indonesia sejak pekan lalu sewaktu keputusan untuk membebaskan Ba’asyir diumumkan. Ba’asyir adalah pemimpin spiritual para pelaku serangan bom terhadap kelab-kelab malam di Bali yang menewaskan 202 orang, termasuk 88 warga negara Australia.

BACA JUGA: Pemerintah Kaji Ulang Pembebasan Ba’asyir, Akankah Dibatalkan?

Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan Australia akan memprotes apabila Ba’asyir dibebaskan lebih awal sesuai rencana, setelah menjalani sembilan dari 15 tahun hukuman penjara terhadapnya.

“Saya jelas akan sangat kecewa mengenai itu, seperti juga halnya orang-orang Australia lainnya, dan akan menyatakan kekecewaan tersebut,” kata Morrison kepada 4CA Radio di kota Cairns. “Kami tidak ingin sosok ini bisa keluar dari penjara serta mendorong pembunuhan warga Indonesia dan Australia, mengajarkan doktrin kebencian,” lanjut Morrison.

Ia meminta Indonesia untuk menunjukkan respek kepada para korban.

Jokowi Jumat lalu menyatakan dia telah setuju untuk membebaskan Ba’asyir atas dasar kemanusiaan. Pernyataan itu dilontarkan pada musim kampanye untuk pemilihan presiden April mendatang. Lawan-lawan Jokowi telah berusaha mendiskreditkannya sebagai orang yang tidak cukup Islami.

Warga Australia yang selamat dalam serangan bom Bali itu serta kerabat dan teman-teman para korban menentang pembebasan Ba’asyir. [uh]