Program lingkungan hidup PBB menyatakan hari Selasa negara-negara dan kalangan industri perlu berupaya lebih keras lagi untuk memenuhi sasaran pengurangan emisi dan gas-gas rumah kaca yang menurut para pakar berkontribusi terhadap pemanasan global.
Dalam laporan terbarunya yang berjudul “Kesenjangan Emisi” yang diterbitkan sebelum penyelenggaraan konferensi iklim yang penting di Jerman pekan depan, program ini membidik pusat-pusat pembangkit tenaga listrik bertenaga batu bara yang dibangun di negara-negara berkembang dan mengatakan investasi pada energi terbarukan pada akhirnya akan dapat menutupi modal yang telah dikeluarkan – dan bahkan menghasilkan pemasukan – dalam jangka panjang.
Laporan yang diterbitkan pada hari Selasa muncul saat para pejabat PBB memperbaharui upaya untuk mendorong untuk menjaga momentum yang dihasilkan kesepakatan iklim Paris pada tahun 2015.
Kesepakatan tersebut berusaha untuk membatasi kenaikan temperatur global hingga 2 derajat Celcius (Fahrenheit) menjelang tahun 2100 dibandingkan dengan temperatur rata-rata dunia di awal era industri.
“Kesepakatan Paris mendorong tindakan terkait perubahan iklim, namun jelas-jelas momentumnya semakin melemah,” ujar Edgar Gutierrez-Espeleta, menteri lingkungan hidup Costa Rica yang memimpin Dewan Lingkungan Hidup PBB 2017. “Kami menghadapi pilihan yang apa adanya: tingkatkan ambisi kami, atau tanggung konsekuensinya.”
Sebuah pembicaraan putaran yang baru terkait pembicaraan tentang iklim di PBB yang dikenal sebagai COP 23 dimulai di Bonn, Jerman, hari Senin, saat negara-negara akan menyajikan pencapaian-pencapaiannya dan mempersiapkan tujuan nasional yang lebih ambisius.
Dalam kesimpulan yang dicantumkan dalam laporan itu, UNEP menyatakan tren yang ada saat ini menunjukkan bahkan apabila komitmen nasional yang ada saat ini dapat tercapai, peningkatan temperatur sebesar 3 derajat Celsius di akhir abad ini “sangat mungkin – yang maknanya pemerintah harus berusaha lebih serius lagi saat komitmen tersebut direvisi pada tahun 2020.”
“Seandainya Amerika Serikat bersungguh-sungguh untuk menjalankan niatnya dengan meninggalkan kesepakatan Paris pada tahun 2020, prospeknya bahkan akan lebih suram lagi,” ujar pernyataan tersebut, merujuk pada rencana pemerintahan Trump untuk menarik AS dari pakta iklim global.
Dari segi positifnya, badan tersebut menyoroti “aksi mitigasi yang dengan cepat meluas” dan mengatakan emisi karbon dioksida tetap stabil sejak tahun 2014, sebagian akibat dari pemanfaatan penggunaan energi terbarukan di China dan India. Namun demikian badan itu juga mewanti-wanti tentang kadar gas semacam metan yang terus meningkat.
UNEP menyatakan efek positif dari diakibatkan oleh investasi di bidang tenaga surya dan bayu di samping peralatan rumah tangga dan mobil yang lebih efisien, serta berbagai upaya untuk melestarikan hutan. [ww]