Bagaimana Miras Nasional China Perlancar Korupsi di Kalangan Elit Komunis

FILE - Seorang pelanggan berjalan melewati etalase kaca yang memajang minuman keras Maotai di sebuah supermarket di Shenyang, provinsi Liaoning, 8 Agustus 2012. (Foto: Stringer/Reuters)

Ding Xiongjun, mantan ketua pabrik miras milik negara Kweichow Moutai, menghadapi penyelidikan dugaan korupsi pada 2 Januari. Dia menjadi mantan pemimpin ketiga dalam perusahaan tersebut yang diperiksa pihak berwenang terkait korupsi.

Dalam lima tahun terakhir, tiga mantan pimpinan Kweichow Moutai, pabrik minuman keras (miras) paling bergengsi di China, menghadapi penyelidikan atas tuduhan korupsi. Penyelidikan baru terhadap mantan pimpinan pembuat "minuman keras" tersebut diumumkan awal bulan ini.

Selama seminggu terakhir, topik tersebut trending di media sosial China dan muncul bahkan ketika perusahaan itu terus mengalami pertumbuhan penjualan di tengah pelemahan China melemah dan penurunan konsumsi domestik.

Pengamat industri mengatakan bahwa meskipun skandal terbaru itu tidak mungkin merugikan penjualan minuman keras, hal itu menyoroti bagaimana korupsi terus bergolak di Moutai – minuman yang selalu disajikan dalam jamuan makan kenegaraan China sejak 1970-an.

Penyelidikan terbaru

Akhir pekan lalu pada 2 Januari, pihak berwenang di provinsi Guizhou, China barat daya, mengumumkan penyelidikan terhadap pejabat perusahaan Ding Xiongjun di situs webnya. Ding mengundurkan diri pada April dari perusahaan minuman keras milik negara tersebut. Menurut pengumuman tersebut, Ding tengah diselidiki atas "dugaan pelanggaran disiplin dan hukum yang serius."

Pengamat industri mengatakan bahwa Ding kemungkinan akan mengikuti jejak kedua pendahulunya, Yuan Renguo dan Gao Weidong. Yuan dan Gao dipenjara seumur hidup atas tuduhan penyuapan masing-masing pada 2021 dan 2024. Yuan meninggal karena pendarahan otak pada akhir 2023.

FILE - Orang-orang mengambil foto di luar stan Kweichow Moutai, merek minuman keras China, di pameran Makanan dan Minuman China di Chengdu, di provinsi Sichuan, barat daya China, 4 April 2021.

Meski tuduhan terhadap Ding masih belum jelas, citra Moutai telah lama ternoda karena sebagian besar pengusaha di China menganggapnya sebagai bentuk "mata uang keras" yang digunakan untuk bersosialisasi dengan para penguasa.

Salah satu pernyataan mengenai perusahaan itu yang paling sering dikutip adalah dari mantan diplomat Amerika Serikat Henry Kissinger kepada mendiang pemimpin China Deng Xiaoping dalam jamuan makan malam kenegaraan pada 1974, "jika kita minum cukup banyak Moutai, kita dapat menyelesaikan apa pun."

Wang Shoufeng, mantan kepala perusahaan jasa tenaga kerja konstruksi di Anyang, sebuah kota di provinsi Henan, China bagian tengah, mengatakan bahwa pejabat China yang korup hanya minum minuman keras yang mahal itu meskipun itu berarti harus mengambil tindakan ekstra agar tidak terdeteksi oleh penyidik antikorupsi.

"Ketika teman-teman [pengembang properti] kami mengundang pejabat untuk minum, mereka sering menuangkan Moutai ke dalam botol plastik supaya terlihat seperti air minum. Minuman keras dalam botol receh seharga satu yuan itu bernilai puluhan ribu yuan. Begitulah cara mereka minum," kata Wang kepada Layanan Mandarin VOA dalam sebuah wawancara telepon. Wang melarikan diri dari China akhir tahun lalu ke Jerman.

Moutai untuk 'suap'

Wang mengatakan bahwa beberapa pejabat China di Henan sangat tamak sehingga banyak rekan-rekannya di industri properti harus "membeli keselamatan pribadi mereka atau menyelesaikan semua masalah" dengan menawarkan suap, termasuk hadiah miras Moutai yang sudah dituakan (aged).

Salah satu contohnya adalah Wang Xiaoguang, mantan wakil gubernur provinsi Guizhou, yang kedapatan menuangkan sekitar 4.000 botol Moutai tua miliknya ke saluran pembuangan saat ia khawatir akan penyelidikan terhadapnya pada akhir 2018, menurut laporan media China.

BACA JUGA: Xi Sebut Korupsi 'Ancaman Terbesar' bagi Partai Komunis

Banyak elit Komunis China, termasuk Presiden China Xi Jinping sendiri, juga dikenal menyukai Moutai.

Xi juga menjadikan korupsi sebagai fokus utama pemerintahannya di China. Antara 2014 dan 2024, Xi sudah menyingkirkan lebih dari lima juta orang, sebagian besar pejabat partai, terkait kasus korupsi. Awal minggu ini dalam sebuah pidato, Xi mengatakan korupsi tetap menjadi ancaman terbesar bagi Partai Komunis China.

Konon, para pejabat dan kecintaan mereka terhadap minuman keras tersebut telah mengerek naik harga miras itu dan mencapai puncaknya pada level sekitar 3.000 yuan, atau setara Rp 6,66 juta per botol seukuran 500 mililiter (ml) pada Februari tahun lalu, untuk produk “Flying Fairy Moutai” atau Peri Terbang Moutai. Produk itu memiliki kadar alkohol 53 persen.

Meskipun harganya kini telah turun menjadi sekitar 2.200 yuan, atau sekitar Rp 4,8 juta, margin keuntungan yang gemuk dibandingkan dengan harga pabrik sebesar 1.163 yuan, atau sekitar Rp 2.58 juta, telah menciptakan ruang gerak bagi korupsi, kata Willy Lin, presiden Asosiasi Riset Baijiu China di Taipei. "Baijiu" berarti alkohol putih atau minuman keras China.

"Minuman keras [Moutai] laku keras dengan keuntungan besar sehingga semua orang ingin ikut menikmatinya. Hal itu membuat mereka yang menduduki kursi pimpinan sulit untuk tidak terlibat dengan banyak kelompok kepentingan," kata Lin kepada VOA Mandarin dalam wawancara telepon.

"Anda [para pimpinan] membutuhkan dukungan mereka untuk mencapai posisi itu, tetapi begitu Anda mendudukinya, Anda perlu membantu mereka menghasilkan uang. Saat itulah korupsi mulai terjadi... posisi itu tidak mudah dipertahankan," tambahnya.

Menurut laporan media pemerintah, baik Yuan maupun Gao terbukti telah secara ilegal memberikan hak distribusi kepada kroni atau menggunakan minuman keras itu untuk mendapatkan pengaruh politik sebelum mereka ditangkap.

FILE - Seorang karyawan Luckin Coffee menyiapkan latte rasa minuman keras baijiu, produk terbaru hasil kerja sama dengan merek minuman keras China Kweichow Moutai, di kedai Luckin Coffee di Beijing pada 4 September 2023.(Jade GAO / AFP)

Penjualan masih kuat?

Pada 2018, China meluncurkan kampanye antikorupsi terhadap perusahaan minuman keras raksasa itu dan sejak itu telah menangkap belasan eksekutif puncak. Namun, korupsi di manajemen puncak merek tersebut masih sulit diberantas.

Untuk saat ini, kinerja penjualan perusahaan minuman keras raksasa itu tampaknya tidak terpengaruh. Dalam laporan keuangan terbarunya, yang dirilis pada 2 Januari – hari yang sama saat penyelidikan terhadap Ding diumumkan – Kweichow Moutai mengatakan bahwa perusahaan itu memproyeksikan pendapatan sebesar 173,8 miliar yuan, atau setara Rp 386,17 triliun untuk tahun lalu, naik 15 persen secara tahunan.

Namun, konsumsi domestik China yang melemah memicu kekhawatiran bahwa masa depan raksasa minuman keras itu mungkin meredup.

BACA JUGA: Pentagon: Militer China Hadapi 'Gelombang Baru' Korupsi

Seorang pedagang di Provinsi Shaanxi yang menjual berbagai minuman keras termasuk Moutai di platform video pendek China Douyin mengatakan kepada VOA Mandarin pada Minggu bahwa "sekarang bukan saat yang tepat" untuk membeli atau berinvestasi dengan membeli sebotol Flying Fairy Moutai karena harganya mungkin terus anjlok hingga di bawah 2.000 yuan.

Seorang analis saham di Beijing, yang berbicara dengan VOA Mandarin dengan syarat anonim, juga menyatakan kekhawatiran bahwa pemotongan belanja konsumen China untuk barang-barang mewah dapat menjadi berita buruk bagi harga saham perusahaan, yang juga telah jatuh.

"Meskipun kinerja penjualan Moutai tetap relatif stabil, harga saham perusahaan yang turun mencerminkan kekhawatiran atas penjualannya di masa mendatang," kata analis itu kepada VOA. Analis itu tidak ingin menggunakan nama lengkapnya dengan alasan sensitivitas topik tersebut.

Pada Rabu, harga saham Kweichow Moutai ditutup pada 1.442,5 yuan atau setara Rp 3,2 juta per saham, turun 45 persen dari rekor tertingginya di 2.627,88 yuan (setara Rp 5,8 juta) per saham pada awal 2021. [es/ft]