Sebuah studi baru Program Lingkungan PBB dan WHO mendapati banyak bahan kimia sintetis berdampak pada sistim hormon dan bisa berdampak penting pada kesehatan.
JENEWA —
Studi gabungan itu menegaskan bukti-bukti sains yang diajukan 10 tahun lalu dan menunjukkan dampak terpaparnya manusia pada apa yang disebut bahan-bahan kimia yang mengacaukan hormon.
Kesehatan manusia tergantung pada berfungsinya dengan baik kelenjar endokrin, sistim kelenjar yang mengatur pengeluaran hormon tertentu yang penting bagi beberapa fungsi. Kelenjar endokrin mengatur metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan, tidur dan suasana hati.
Beberapa bahan yang dikenal sebagai pengacau endokrin bisa mengubah fungsi sistim hormon ini sehingga meningkatkan resiko kesehatan yang buruk.
Maria Neira, Direktur Kesehatan dan Lingkungan masyarakat WHO mengatakan ada peningkatan bukti bahwa penyakit gangguan endokrin makin bertambah.
“Kecepatan peningkatan penyakit ini tidak hanya ditentukan oleh masalah genetika, tapi juga dikaitkan dengan faktor-faktor lingkungan, masalah-masalah seperti nutrisi atau nutrisi yang buruk, usia atau faktor-faktor lain yang menurut saya eksternal dan mungkin bercampur,” kata Neira.
Bahan-bahan kimia yang mengacaukan endokrin ditemui pada banyak produk rumah tangga dan industri. Bahan-bahan itu bisa masuk terutama lewat limbah industri dan perkotaan, sisa-sisa bahan pertanian dan pembakaran atau pembuangan sampah.
Terpaparnya manusia pada bahan-bahan kimia ini bisa menurunkan jumlah sperma laki-laki muda dan bisa menyebabkan kanker payudara pada perempuan. Neira mengatakan resiko kanker prostat lebih tinggi diantara laki-laki yang terpapar pestisida, khususnya di negara-negara dimana sistim jaminan kesehatan kerjanya belum berkembang baik.
“Kami juga menemukan kaitan dampak yang merugikan dalam perkembangan sistim syaraf anak-anak dan itu bisa mengakibatkan dampak negatif pada perkembangan otak. Kita sudah menyaksikan peningkatan resiko kanker tiroid diantara para pekerja yang menggunakan pestisida,” ungkap Neira.
Laporan itu juga meningkatkan keprihatinan mengenai dampak bahan-bahan kimia yang mengacaukan endokrin pada margasatwa. Laporan itu mencatat paparan bahan kimia tersebut di negara bagian Alaska mungkin ikut menyebabkan cacat reproduksi, kesuburan dan perubahan bentuk tanduk pada beberapa populasi rusa.
Laporan itu mengatakan penurunan spesies berang-berang dan singa laut mungkin sebagian juga akibat terpapar bahan kimia organik buatan manusia (PCB), insektisida dan pencemar organik lainnya serta logam seperti merkuri.
Diantara rekomendasinya, studi itu mendesak pemeriksaan yang lebih lengkap untuk menemukan pengacau-pengacau endokrin lainnya, dari mana asalnya serta jalur paparannya. Laporan itu mengatakan apa yang diketahui mengenai bahan-bahan kimia ini baru sebagian kecil saja.
Kesehatan manusia tergantung pada berfungsinya dengan baik kelenjar endokrin, sistim kelenjar yang mengatur pengeluaran hormon tertentu yang penting bagi beberapa fungsi. Kelenjar endokrin mengatur metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan, tidur dan suasana hati.
Beberapa bahan yang dikenal sebagai pengacau endokrin bisa mengubah fungsi sistim hormon ini sehingga meningkatkan resiko kesehatan yang buruk.
Maria Neira, Direktur Kesehatan dan Lingkungan masyarakat WHO mengatakan ada peningkatan bukti bahwa penyakit gangguan endokrin makin bertambah.
“Kecepatan peningkatan penyakit ini tidak hanya ditentukan oleh masalah genetika, tapi juga dikaitkan dengan faktor-faktor lingkungan, masalah-masalah seperti nutrisi atau nutrisi yang buruk, usia atau faktor-faktor lain yang menurut saya eksternal dan mungkin bercampur,” kata Neira.
Bahan-bahan kimia yang mengacaukan endokrin ditemui pada banyak produk rumah tangga dan industri. Bahan-bahan itu bisa masuk terutama lewat limbah industri dan perkotaan, sisa-sisa bahan pertanian dan pembakaran atau pembuangan sampah.
Terpaparnya manusia pada bahan-bahan kimia ini bisa menurunkan jumlah sperma laki-laki muda dan bisa menyebabkan kanker payudara pada perempuan. Neira mengatakan resiko kanker prostat lebih tinggi diantara laki-laki yang terpapar pestisida, khususnya di negara-negara dimana sistim jaminan kesehatan kerjanya belum berkembang baik.
“Kami juga menemukan kaitan dampak yang merugikan dalam perkembangan sistim syaraf anak-anak dan itu bisa mengakibatkan dampak negatif pada perkembangan otak. Kita sudah menyaksikan peningkatan resiko kanker tiroid diantara para pekerja yang menggunakan pestisida,” ungkap Neira.
Laporan itu juga meningkatkan keprihatinan mengenai dampak bahan-bahan kimia yang mengacaukan endokrin pada margasatwa. Laporan itu mencatat paparan bahan kimia tersebut di negara bagian Alaska mungkin ikut menyebabkan cacat reproduksi, kesuburan dan perubahan bentuk tanduk pada beberapa populasi rusa.
Laporan itu mengatakan penurunan spesies berang-berang dan singa laut mungkin sebagian juga akibat terpapar bahan kimia organik buatan manusia (PCB), insektisida dan pencemar organik lainnya serta logam seperti merkuri.
Diantara rekomendasinya, studi itu mendesak pemeriksaan yang lebih lengkap untuk menemukan pengacau-pengacau endokrin lainnya, dari mana asalnya serta jalur paparannya. Laporan itu mengatakan apa yang diketahui mengenai bahan-bahan kimia ini baru sebagian kecil saja.