Banjir Lahar Dingin Meluas di Magelang, Lebih dari 4.000 Mengungsi

  • Nurhadi Sucahyo

Banjir lahar dingin merapi menerjang desa-desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Desa-desa di Kabupaten Magelang yang sebelumnya aman, satu persatu hancur diterjang material dari Gunung Merapi.

Bencana banjir lahar dingin di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah menenggelamkan 19 kampung, memutus 11 jembatan, menghancurkan lima dam atau bendungan penahan banjir, serta membuat lebih dari 4.000 orang mengungsi. Kampung-kampung terendam pasir hingga ketinggian lebih tiga meter, dan rumah-rumah di tepi sungai hanyut tanpa bekas. Sukirno, seorang warga Magelang mengatakan bencana ini sungguh luar biasa. Tidak hanya kehilangan rumah dan harta benda, mereka yang menjadi korban juga kehilangan pekerjaan dan bahkan tak berani membayangkan masa depannya lagi.

“Tidak ada pekerjaan, rumah tertimbun," keluh Sukirno, seorang warga. "Dibangun lagi nanti berapa tahun ke depan kalau tidak ada perubahan, tapi nanti tetap akan kena lahar dingin lagi.”

Lebih dari 4.000 warga yang mengungsi, termasuk Sukirno, kini harus hidup serba tidak pasti. Langit mendung yang terihat hampir setiap sore membuat mereka was-was, karena banjir selalu datang seusai hujan. Anang Nugraha, relawan lembaga Jalin Merapi yang menjadi koordinator di pos pengungsian Desa Jumoyo, Kabupaten Magelang, menyaksikan sendiri bagaiman bencana ini telah merubah seluruh kehidupan di kawasan itu.

Jalur antara Magelang dan Yogyakarta juga rusak karena banjir lahar dingin.

“Banjir yang sebesar ini itu punbaru sekarang mereka alami. Jadi antara bingung, kemudian info yang simpang siur di lapangan. Saya piker jelas ada ketakutan, tetapi mereka juga bingung mau bagaimana lagi,” ujar Anang.

Pakar dari Pusat Studi Manajemen Bencana, UPN Veteran Yogyakarta, Dr Eko Teguh Paripurno mengatakan tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah banjir lahar dingin dari Gunung Merapi ini. Volume lahar yang begitu besar, mencapai sekitar lima juta meter kubik di setiap sungai, tidak akan mampu ditampung atau diatur oleh manusia. Yang harus dilakukan justru meminta masyarakat untuk beradaptasi dan menerima kenyataan, bahwa lahar dingin bagaimanapun akan lewat dan manusia harus memberinya jalan.

“Salah satunya misalnya mengelola lahar dengan membangun sabo. Dengan adanya sabo, maka di bagian hulu sabo ada penumpukan material di bagian hilir ada erosi yang tinggi. Kalau tidak ada sabo, lahar itu bisa mengalir landai pelan, tetapi dengan adanya sabo ada akumulasi," jelas Eko Teguh Paripurno.

Data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menyebutkan, Gunung Merapi telah mengeluarkan 150 juta meter kubik material selama letusan akhir tahun 2010 lalu. Sekitar 50 juta meter kubik berada di Kabupaten Magelang, dan setidaknya baru akan habis tergerus banjir selama 3 musim penghujan. Material pasir dan batu yang terbawa dalam setiap banjir berkisar 6 ribu hingga 8.000 meter kubik, atau sama dengan muatan 1.500 truk.