Para peneliti Amerika dan Ukraina mengatakan negara-negara Barat telah membuat kemajuan dalam upaya mengatasi transfer gelap komponen elektronik Barat ke fasilitas Rusia yang dicurigai membuat pesawat tak berawak untuk melakukan serangan, yang dirancang oleh Iran. Namun demikian mereka menambahkan bahwa masih banyak yang harus dilakukan.
Gedung Putih pada tanggal 8 Juni lalu merilis temuan intelijen Amerika yang menyatakan Rusia menerima bahan-bahan dari Iran yang diperlukan untuk membangun pabrik pembuatan drone tempur di zona ekonomi khusus Alabuga.
Rusia mengatakan mereka mengandalkan sumber dayanya sendiri dalam menggunakan drone untuk menyerang Ukraina. Sementara Iran mengakui telah memasok drone ke Rusia, tetapi semuanya dilakukan hanya sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Kedutaan Besar Rusia di Washington, maupun Misi Iran di PBB di New York tidak menjawab pertanyaan VOA tentang pembangkit listrik tenaga nuklir Alabuga yang dikirim melalui email Kamis lalu (14/12).
BACA JUGA: Perang Elektronik Ukraina Melawan Perang Elektronik RusiaSebelas Perusahaan Rusia Masuk Daftar Kontrol Ekspor AS
Para peneliti merujuk pada penempatan 11 perusahaan Rusia dalam daftar entitas yang memerlukan lisensi untuk barang-barang yang tunduk pada kontrol ekspor Departemen Perdagangan AS pada tanggal 6 Desember lalu. Para pejabat Departemen Perdagangan mencatat keterkaitan perusahaan-perusahaan itu dengan fasilitas drone Alabuga yang dicurigai. Kementerian Perdagangan memperluas barang-barang yang sedianya tunduk pada kontrol ekspor Amerika pada bulan Februari lalu, dengan memasukkan semikonduktor dan komponen drone lainnya – yang digunakan oleh entitas Rusia dan Iran – ke dalam Daftar Entitas.
David Albright, salah seorang peneliti yang diwawancarai VOA dalam beberapa pekan terakhir ini, yang juga Presiden Institute for Science and
International Security yang berkantor di Washington DC, mengatakan ia "memuji" Kementerian Perdagangan yang telah memberikan sanksi kepada 11 perusahaan Rusia dan menganggap langkah itu sebagai tanda kemajuan.
Vladyslav Vlasiuk, seorang peneliti sanksi Ukraina yang menjadi penasihat Kepala Staf Presiden Ukraina, Andriy Yermak, juga menyambut baik langkah AS tersebut. "Kami senang pemerintah AS mengambil tindakan untuk menggagalkan jalannya beroperasinya fasilitas-fasilitas tertentu di Rusia, termasuk Alabuga, dan dengan demikian memberikan dampak pada industri militer Rusia," kata Vlasiuk kepada VOA melalui telepon hari Kamis.
Vlasiuk dan Albright mengatakan bahwa pemerintahan Biden harus melangkah lebih jauh.
JSC Alabuga Belum Kena Sanksi
Pemerintahan Biden belum memberikan sanksi kepada JSC Alabuga, pemilik pabrik tersebut, meskipun pada tanggal 6 Desember lalu beberapa anak perusahaannya telah dimasukkan ke dalam daftar entitas Departemen Perdagangan.
Albright mengatakan Departemen Keuangan dan Departemen Luar Negeri AS harus memberikan sanksi kepada JSC Alabuga dan perusahaan-perusahaan terkait untuk mencegah bisnis asing berurusan dengan mereka, dan menyebut hal itu sebagai sesuatu yang "sudah lama tertunda."
Vlasiuk mengatakan Ukraina juga ingin melihat Amerika menjatuhkan sanksi terhadap JSC Alabuga dan perusahaan-perusahaan lain yang diidentifikasi oleh Kyiv terlibat dalam industri pesawat tak berawak Rusia.
Ketika ditanya oleh VOA mengenai posisi AS dalam memberikan sanksi kepada JSC Alabuga, Kementerian Perdagangan AS pada 28 November mengatakan pihaknya "tidak mengomentari potensi pertimbangan terkait tindakan Daftar Entitas." Pernyataan itu menambahkan bahwa “menanggapi perang Rusia yang tidak dapat dibenarkan terhadap Ukraina akan tetap menjadi prioritas utama bagi departemen tersebut," dan mencantumkan beberapa tindakan AS yang diambil untuk menindak jaringan terlarang yang mengirim chip dan barang-barang lain ke Rusia.
Departemen Luar Negeri mengarahkan agar pertanyaan VOA tentang Alabuga disampaikan ke Departemen Perdagangan. Sementara Departemen Keuangan tidak menjawab email VOA pada tanggal 25 November lalu mengenai hal yang sama. [em/lt]