Bekas Bandara di Berlin Jadi Tempat Penampungan Pengungsi

Anak-anak di tempat penampungan bagi pengungsi di bekas bandara Tempelhof, Berlin, Jerman, 9 Desember 2015.

Satu bekas bandara di Jerman, yang terkenal semasa Perang Dingin, kini digunakan sebagai tempat penampungan darurat pengungsi, karena negara itu kewalahan mengatasi ribuan pencari suaka yang terus berdatangan.

Ketika dibangun oleh pemerintahan Nazi dulu, terminal bandara Tempelhof adalah bangunan terbesar di dunia. Pihak berwenang Jerman kini memanfaatkannya lagi. Maria Kipp, juru bicara Tamaja, lembaga yang menyediakan tempat tinggal bagi pengungsi, mengatakan, "Ini adalah tempat penampungan sementara. Nyatanya, di sini masih ada orang yang seharusnya sudah dipindah ke tempat penampungan jangka panjang; dan memiliki standar yang jauh lebih tinggi dari apa yang bisa kami sediakan di sini."

Terdapat hampir 3.000 migran yang tinggal di dalam empat hanggar pesawat. Mereka umumnya sudah berada di sana sejak tempat itu dibuka empat bulan lalu. Menurut ketentuan hukum, tiap orang harus memiliki ruang pribadi seluas tiga meter persegi.

Tempat pengasuhan anak yang sarat fasilitas telah dibuat di lokasi itu, demikian pula ruang-ruangsekolah dan pusat kesehatan.

"Tempat penampungan jangka panjang yang kami miliki terlalu sedikit sehingga orang yang seharusnya sudah dipindah, tidak bisa dipindahkan, karena ketiadaan tempat lain," tambah Kipp.

Pemerintah kota mengakui tempat penampungan itu jauh dari memadai tetapi menyatakan banyaknya jumlah pengungsi yang datang ke kota itu membutuhkan solusi yang mendesak.

Sesaknya tempat mengharuskan pendatang baru menjalani pemeriksaan kesehatan yang ketat. VOA berbicara dengan satu keluarga Suriah yang ditolak masuk.

Hussein Alawayeh dari Suriah mengatakan, "Sudah lima bulan kami menderita dalam kamp-kamp pengungsi Jerman ini. Kami berharap mendapat tempat yang lebih baik."

Pengungsi lain memuji staf yang bekerja keras.

"Suasana di sini menyenangkan. Orang-orang menunjukkan kepedulian."

Penduduk Berlin menyukai Bandara itu. Baru-baru ini, pejabat-pejabat kota Berlin memutuskan memperluas tempat penampungan darurat. Tetapi, dalam referendum dua tahun lalu, penduduk Berlin menentang pembangunan apapun di lahan itu.

Kelompok-kelompok pendukung pengungsi ikut berdemonstrasi menentang usul perluasan tempat penampungan darurat.

George Classen mengatakan, "Kami mengharapkan adanya apartemen yang layak bagi para pengungsi. Mereka sudah mengeluarkan banyak uang untuk membangun tempat penampungan kumuh ini. Orang Amerika akan menyebutnya perkampungan kumuh."

Jadi, simbol kuat Perang Dingin itu telah menjadi medan laga tentang cara mengatasi krisis migran di Berlin. [ka/ii]