Bertemu di Jakarta, Menlu RI dan Iran Bahas Isu Ekonomi & Kesehatan

  • Fathiyah Wardah

Menlu Iran Javad Zarif dan Menlu RI Retno Marsudi dalam pertemuan di Jakarta, Senin (19/4) (foto: Kemlu RI).

Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif melawat ke Jakarta dan melangsungkan pertemuan dengan mitranya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Berbagai isu dibahas, antara lain isu ekonomi dan kesehatan. Tidak ada penjelasan pers yang diberikan sebagaimana diplomat tinggi lain yang datang.

Berbeda dengan lawatan dan pertemuan diplomat tinggi lainnya, kedatangan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif ke ibu kota Jakarta Senin (19/4), termasuk pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi; tidak ada konferensi pers yang dilangsungkan.

Kementerian Luar Negeri Indonesia hanya mengeluarkan pesan singkat di Twitter tentang pertemuan yang sudah berlangsung dan bahwa keduanya “membahas kerja sama kedua negara dalam bidang kesehatan dan ekonomi khususnya dalam upaya bersama dalam mengatasi pandemi dan mempercepat pemulihan ekonomi.”

Pernyataan singkat serupa juga dikeluarkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di akun Twitternya.​

Beri Dukungan di DK PBB, Iran Sampaikan Terima Kasih pada Indonesia

Informasi yang lebih rinci justru disampaikan Kementerian Luar Negeri Iran yang menyoroti hubungan kedua negara selama lebih dari 70 tahun dan menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Indonesia atas kegigihan sikap di Dewan Keamanan PBB untuk mempertahankan Rencana Tindakan Komprehensif Bersama (JCPOA) dan penerapan resolusi 2231 yang dikeluarkan dewan itu.

Menlu Iran Javad Zarif berbincang dengan Menlu RI Retno Marsudi dalam pertemuan di Jakarta, Senin (19/4) (foto: Kemlu RI).

JCPOA adalah rencana aksi yang disepakati Iran bersama enam negara adi daya di dunia pada tahun 2015 untuk tidak meningkatkan pengayaan uranium untuk senjata nuklir dan sebagai imbalannya, negara-negara adi daya itu mencabut sanksi-sanksi ekonomi yang telah melumpuhkan negara berpenduduk 82,9 juta jiwa itu.

Javad Zarif mencuit itu di akun Twitternya hari Senin (19/4) beberapa saat setelah bertemu Retno Marsudi.

Kementerian Luar Negeri Iran juga menyampaikan kegembiraannya dengan peningkatan kerjasama perdagangan dan finalisasi beberapa perjanjian perdagangan yang penting.

Pengamat: Iran Meraih Manfaat dengan Sikap Indonesia

Menanggapi pertemuan Retno dan Zarif tersebut, pengamat Timur Tengah di Universitas Indonesia Yon Machmudi kepada VOA menilai hubungan Indonesia dan Iran mengalami peningkatan dalam beberapa tahun belakangan.

Ditambahkannya, Iran merasa mendapat manfaat dengan sikap Indonesia terkait dengan perjanjian tentang nuklir Iran yang ditandatangani di Wina, Austria, pada pertengahan 2015. Karena itu, Iran proaktif melakukan pendekatan terhadap Indonesia karena posisi Indonesia yang cukup penting di dunia internasional.

Pengamat Timur Tengah di Universitas Indonesia, Yon Machmudi (foto: courtesy).

"Sebenarnya hubungan itu selalu menjaga antara bagaimana kedekatan Indonesia dengan Saudi misalnya, Indonesia dengan Amerika. Tentu Indonesia tidak bisa sepenuhnya menunjukkan keberpihakan kepada Iran. Tentu Indonesia harus menjaga keseimbangan, tetap menjadikan Iran mitra penting, Saudi juga penting, dan negara yang lain (juga penting)," kata Yon.

Lebih jauh Yon menjelaskan keterbatasan hubungan kedua negara ketika Iran dijatuhi sanksi ekonomi, karena setiap negara dan individu yang berhubungan dengan negara itu juga mendapat tekanan.

Yon menilai Indonesia sudah menyampaikan posisi yang cukup objektif dengan mendorong perbaikan hubungan negara-negara lain dengan Iran.

Dia menekankan Indonesia memang perlu menjaga hubungan baik dengan Iran yang memiliki kepentingan-kepentingan ekonomi strategis. Apalagi posisi Iran sebagai pengekspor minyak yang memang dibutuhkan oleh Indonesia, serta ada potensi yang kuat di bidang ekonomi dan perdagangan. Oleh karena itu, lanjutnya, Indonesia berkepentingan membantu Iran untuk berunding terkait sanksi ekonomi itu.

Your browser doesn’t support HTML5

Bertemu di Jakarta, Menlu RI dan Iran Bahas Isu Ekonomi dan Kesehatan

Terkait isu nuklir Iran, Indonesia harus bisa meyakinkan Iran untuk mematuhi perjanjian internasional soal pengayaan uranium dan tidak mengarah pada produksi senjata nuklir.

"Indonesia juga tentu bisa meyakinkan mitranya bahwa Iran, kalau memang harus ditingkatkan dan Indonesia merasa yakin yang dilakukan Iran adalah nuklir untuk kemanusiaan bukan untuk persenjataan, harus bisa meminta negara-negara lain untuk melanjutkan perjanjian mengenai nuklir Iran agar sansi terhadap Iran minimal tidak diteruskan tetapi diberikan keleluasaan bagi Iran untuk pengembangan ekonominya ke depan," ujar Yon.

Pada 2020, Indonesia dan Iran memperingati 70 tahun hubungan diplomatik. Total perdagangan kedua negara tahun lalu meningkat 52 persen, yaitu mencapai US$ 215 juta dari nilai tahun 2019 sebesar US$ 141,60 juta. [fw/em]