Ketika Rusia memperluas pemboman udaranya hingga bandara di kota Lviv, jauh di Ukraina barat hari Jumat, Presiden Joe Biden melakukan pembicaraan via video dengan Presiden China Xi Jinping, membicarakan perang brutal, korban dan penderitaan sipil.
Gedung Putih mengatakan, Biden menguraikan persatuan negara-negara Barat tentang pemberian sanksi keras terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dan menjelaskan konsekuensi yang akan dihadapi China jika mendukung pemboman Rusia atas kota-kota Ukraina.
Media pemerintah China mengatakan Xi “tidak ingin melihat situasi di Ukraina menjadi seperti itu.”
BACA JUGA: China: NATO Seharusnya Tak Perluas Pengaruh ke TimurSeorang pakar mengatakan kepada VOA, Putin telah menempatkan Xi dalam posisi yang sangat canggung dengan meminta bantuan untuk melanjutkan perang.
Andrew Scobell dari Institut Perdamaian AS mengatakan, “Tentunya China akan senang melihat perang ini berakhir, atau setidaknya konflik mereda dan bukti bahwa Presiden Biden dan Presiden Xi berbicara selama sekitar dua jam, itu menunjukkan percakapan yang baik, mengena, dan bersemangat.”
Scobell mengatakan, perang Ukraina adalah ujian nyata pertama dari sifat yang wajar hubungan antara Rusia dan China di bawah Xi dan Putin.
Pada hari Kamis (17/3), Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken menyuarakan keprihatinan tentang China yang mendukung perang itu.
BACA JUGA: Blinken: AS Sedang Kumpulkan Bukti Kejahatan Putin“Kami percaya China, khususnya, bertanggung jawab untuk menggunakan pengaruhnya pada Presiden Putin dan mempertahankan aturan dan prinsip internasional yang dianutnya. Sebaliknya, China tampaknya bergerak ke arah yang berlawanan, dengan menolak untuk mengutuk serangan itu sementara berusaha memberikan gambaran dirinya sebagai penengah yang netral. Kami khawatir China mempertimbangkan untuk membantu Rusia secara langsung dengan peralatan militer untuk digunakan di Ukraina," kata Blinken.
Hari Senin, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dan kepala diplomat Partai Komunis China, Yang Jiechi juga mengadakan pembicaraan tentang Ukraina di Roma.
Your browser doesn’t support HTML5
Para ahli mengatakan kepada VOA, Putin terpukul keras oleh sanksi Barat dan akan memerlukan bantuan sangat besar dari China untuk mendanai perangnya yang mahal di Ukraina.
Bill Browder, Kampanye Keadilan Magnitsky Global, mengatakan, “Rusia dan Putin membutuhkan banyak uang, tidak sedikit tetapi banyak uang. Dan jumlah uang yang dibutuhkan, saya pikir China tidak akan berikan, kecuali jika mendapat imbalan yang besar. Putin tidak ingin menggadaikan seluruh negaranya ke China untuk hal ini.”
Sementara itu, pembicaraan nuklir Iran yang sekarang terhenti di Wina adalah masalah rumit lainnya yang melibatkan AS, Rusia dan China, ditambah tentu saja Iran, Inggris, Prancis dan Jerman. [ps/lt]