Bila Gencatan Senjata Bertahan, Trump akan Teken Kesepakatan Damai Taliban

Presiden AS Donald Trump (tengah) didampingi Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan Ketua Kepala Gabungan Mark Milley, dalam perayaan Thanksgiving bersama pasukan AS di Pangkalan Udara Bagram, Afghanistan, 28 November 2019. (Foto: AP)

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, Minggu (23/2), gencatan senjata sebagian selama tujuh hari dengan Taliban Afghanistan "telah bertahan". Hal itu bisa berujung pada ditandatanganinya perjanjian perdamaian antara AS dengan kelompok pemberontak itu yang dijadwalkan pekan ini.

Pernyataan Trump itu muncul sehari setelah gencatan "pengurangan kekerasan" itu diberlakukan di seluruh Afghanistan mulai Sabtu (22/2). Semua pihak yang terlibat sepakat untuk tidak melancarkan operasi ofensif selama seminggu.

"Saya ingin melihat hasil dari periode sepakan ini," kata Trump kepada para wartawan sebelum bertolak ke India. Dia mengatakan periode pendinginan ini "telah bertahan", tetapi Trump menekankan bahwa kemajuan dalam beberapa hari ke depan penting untuk mengambil langkah ke depan dalam proses perdamaian Afghanistan.

"Pengurangan kekerasan" itu bertujuan untuk membuka jalan bagi para pejabat AS dan Taliban untuk menandatangani sebuah perjanjian komprehensif di Qatar pekan ini. Kesepakatan itu akan menjadi awal bagi penarikan pasukan AS secara bertahap dari Afghanistan untuk mengakhiri perang terlama AS.

"Apabila berhasil dalam kurang dari seminggu, saya akan taruh nama saya. Waktunya pulang," kata Trump ketika ditanya apakah dia akan menandatangani perjanjian AS-Taliban pada Sabtu (29/2).

"Dan mereka (Taliban) ingin berhenti. Saya pikir Taliban juga ingin mencapai perjanjian. Mereka lelah bertempur," kata Presiden AS itu.

Kedua pihak yang bermusuhan itu telah menegosiasikan sebuah rancangan perjanjian dalam perundingan putus-sambung selama 18 bulan, di Doha, Qatar. Taliban memiliki kantor politik di negara timur tengah itu. [vm/pp]