Badan Intelijen Negara mengupayakan langkah pengamanan kontra intelijen terhadap telepon seluler milik pejabat negara termasuk Presiden.
JAKARTA —
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen (Purn) Marciano Norman di Jakarta, Kamis (21/11), menyatakan pihaknya telah berkomunikasi langsung dengan intelijen Australia, yang menyatakan akan menghentika usaha penyadapan terhadap pejabat negara Indonesia.
“Dalam komunikasi itu mereka meyakinkan bahwa sekarang dan ke depan itu yang penting tidak ada lagi penyadapan itu. Diketahui penyadapan ini berlangsung sejak 2007 hingga 2009. Bahwa ini bepotensi mengganggu hubungan kedua negara ke depan,” ujarnya.
“Oleh karenanya harus ada komitmen dari mitra badan intelijen negara di Australia untuk sama-sama mengevaluasi, khususnya mereka memperbaiki ke depan agar hal-hal seperti ini yang sangat sensitif dan tentunya sangat berdampak pada kewibawaan negara kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya.
Marciano mengatakan Australia memang tidak mengakui secara jelas penyadapan itu, namun intelijen Indonesia sudah mendapat informasi adanya pelanggaran tersebut, meski ia tidak merinci informasi apa saja yang berhasil disadap Australia.
“Yang terbuka adalah 2007 dan 2009. Saya rasa pihak manapun tentunya tidak akan men-declare itu sudah dikerjakan tetapi dari beberapa informasi yang kita terima, bahwa ada data-data yang memang terjadi pelanggaraan pada kurun waktu itu,” ujarnya.
BIN, tambah Marciano, kini tengah melakukan langkah-langkah kontra-intelijen terhadap saluran komunikasi pejabat negara termasuk Presiden, agar berada dalam posisi aman. Meski demikian, Marciano berharap pejabat negara tidak membicarakan hal-hal yang strategis menyangkut kebijakan negara melalui pesawat telepon.
“Pembatasan materi pembicaraan itu menjadi hal yang penting. Kita harus selalu beranggapan bahwa kita ini disadap. Langkah-langkah lain yang diambil oleh negara adalah kita melakukan pengamanan terhadap pejabat kita. Mungkin saja telepon itu disadap, tetapi substansi dari pembicaraaan kita belum tentu dia bisa mengerti karena itu diacak dengan menggunakan sandi-sandi yang lain,” ujarnya.
Rizal Darmasaputra, pengamat intelijen dari Lesperssi mengatakan secanggih apapun upaya kontra intelijen untuk mengatasi penyadapan lewat telepon seluler, tetap rentan dari kebocoran.
“Saya pikir di manapun pembicaraan strategis melalui telepon seluler itu tentunya sangat-sangat mudah sekali untuk ditembus. Dengan teknologi apapun kita coba untuk mem-protec pasti akan ada teknologi lain yang dapat menembus kontra penyadapan yang dilakukan. Jadi kalo pejabat kita melakukan pembicaraan-pembicaraan yang bersifat strategis melalui telepon seluler ya itu ceroboh namanya,” ujarnya.
“Dalam komunikasi itu mereka meyakinkan bahwa sekarang dan ke depan itu yang penting tidak ada lagi penyadapan itu. Diketahui penyadapan ini berlangsung sejak 2007 hingga 2009. Bahwa ini bepotensi mengganggu hubungan kedua negara ke depan,” ujarnya.
“Oleh karenanya harus ada komitmen dari mitra badan intelijen negara di Australia untuk sama-sama mengevaluasi, khususnya mereka memperbaiki ke depan agar hal-hal seperti ini yang sangat sensitif dan tentunya sangat berdampak pada kewibawaan negara kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya.
Marciano mengatakan Australia memang tidak mengakui secara jelas penyadapan itu, namun intelijen Indonesia sudah mendapat informasi adanya pelanggaran tersebut, meski ia tidak merinci informasi apa saja yang berhasil disadap Australia.
“Yang terbuka adalah 2007 dan 2009. Saya rasa pihak manapun tentunya tidak akan men-declare itu sudah dikerjakan tetapi dari beberapa informasi yang kita terima, bahwa ada data-data yang memang terjadi pelanggaraan pada kurun waktu itu,” ujarnya.
BIN, tambah Marciano, kini tengah melakukan langkah-langkah kontra-intelijen terhadap saluran komunikasi pejabat negara termasuk Presiden, agar berada dalam posisi aman. Meski demikian, Marciano berharap pejabat negara tidak membicarakan hal-hal yang strategis menyangkut kebijakan negara melalui pesawat telepon.
“Pembatasan materi pembicaraan itu menjadi hal yang penting. Kita harus selalu beranggapan bahwa kita ini disadap. Langkah-langkah lain yang diambil oleh negara adalah kita melakukan pengamanan terhadap pejabat kita. Mungkin saja telepon itu disadap, tetapi substansi dari pembicaraaan kita belum tentu dia bisa mengerti karena itu diacak dengan menggunakan sandi-sandi yang lain,” ujarnya.
Rizal Darmasaputra, pengamat intelijen dari Lesperssi mengatakan secanggih apapun upaya kontra intelijen untuk mengatasi penyadapan lewat telepon seluler, tetap rentan dari kebocoran.
“Saya pikir di manapun pembicaraan strategis melalui telepon seluler itu tentunya sangat-sangat mudah sekali untuk ditembus. Dengan teknologi apapun kita coba untuk mem-protec pasti akan ada teknologi lain yang dapat menembus kontra penyadapan yang dilakukan. Jadi kalo pejabat kita melakukan pembicaraan-pembicaraan yang bersifat strategis melalui telepon seluler ya itu ceroboh namanya,” ujarnya.