Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Rabu (1/3) menyatakan keraguan tentang keseriusan Rusia dan China dalam mencapai perdamaian di Ukraina. Dia menyebut kurangnya langkah-langkah substantif untuk mendukung pernyataan oleh kedua negara itu yang menunjukkan dukungan bagi upaya perdamaian.
Berbicara dalam kunjungan ke Uzbekistan, Blinken mengatakan kepada para wartawan bahwa jika Rusia benar-benar siap untuk terlibat dalam diplomasi yang berarti untuk mengakhiri agresinya, maka Amerika Serikat akan segera terlibat dalam upaya itu. Namun dia mengatakan tindakan Rusia, termasuk tuntutan Presiden Vladimir Putin agar Ukraina mengakui kendali Rusia atas sebagian wilayah Ukraina, menunjukkan bahwa Rusia tidak tertarik untuk menempuh jalan damai.
“Pertanyaan sebenarnya adalah apakah Rusia akan mencapai titik di mana negara itu benar-benar siap untuk mengakhiri agresinya dan melakukannya dengan cara yang konsisten dengan piagam PBB dan prinsip-prinsipnya.”
“Tidak ada yang menginginkan perdamaian lebih mendesak daripada rakyat Ukraina. Mereka adalah korban setiap hari dari agresi Rusia,” kata Blinken. “Kita semua tahu kebenaran sederhana bahwa perang bisa berakhir besok, bisa berakhir hari ini, jika Presiden Putin memutuskan demikian. Dia memulainya. Dia bisa menghentikannya.”
Blinken mengatakan proposal perdamaian yang diajukan oleh China memang mengandung beberapa elemen positif, termasuk beberapa yang ditemukan dalam rencana perdamaian Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sendiri.
Tetapi Blinken mengatakan jika China serius dengan seruannya untuk menegakkan kedaulatan semua negara, maka China akan seharusnya telah menghabiskan tahun lalu untuk berusaha mendukung kedaulatan penuh Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia.
Dia mengatakan China telah melakukan yang sebaliknya, termasuk ikut menebarkan propaganda Rusia tentang perang, membela Rusia di organisasi-organisasi internasional dan mempertimbangkan pengiriman bantuan militer mematikan untuk digunakan pasukan Rusia di Ukraina.
Pertempuran Bakhmut
Para pejabat Ukraina menggambarkan pertempuran Selasa (28/2) di sekitar kota Bakhmut, Ukraina timur, sebagai pertempuran sengit, meskipun hanya sedikit wilayah yang berpindah tangan antara pasukan Moskow dan Kyiv.
“Situasi yang paling sulit masih menyelimuti Bakhmut dan pertempuran yang penting demi pertahanan kota itu,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato Selasa malam. “Rusia sama sekali tidak menghitung orang, dan mengirim mereka untuk terus-menerus menyerbu posisi kita. Intensitas pertempuran semakin meningkat.”
Zelenskyy mengatakan komandan Ukraina yang bertugas membela Bakhmut, Kolonel Jenderal (setingkat Letnan Jenderal.red) Oleksandr Syrskyi, melaporkan 800 tentara Rusia telah tewas di daerah itu sejak Kamis lalu (lt/ab)