Gunung Agung, terakhir kali meletus dahsyat pada 1963. Sejak Sabtu lalu tingkat erupsinya meningkat dari fase freatik ke magmatik, ketika sinar api di puncak mulai terlihat.
Kepulan abu yang terus menerus, kadang disertai erupsi eksplosif, suara dentuman yang terdengar sampai jarak 12 kilometer dari puncak, dan sinar api yang semakin sering teramati di malam berikutnya menjadi penanda potensi letusan lebih besar akan segera terjadi.
Dalam jumpa pers di kantornya, Senin (27/11), Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan pos pengamatan Gunung Agung di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karang Asem, melaporkan terlihat asap kawah bertekanan sedang berwarna kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 2.500-3.000 m di atas puncak kawah.
Sutopo menambahkan sampai hari ini (27/11) erupsi fase magmatik disertai kepulan abu tebal terus menerus mencapai ketinggian 2.000-3.400 meter dari puncak. Sejak tadi pagi, status Gunung Agung dinaikkan dari siaga (level 3) menjadi awas (level 4).
"Artinya level tertinggi dari Gunung Agung dan kemungkinan akan terjadi letusan-letusan lebih besar dari yang sebelumnya sangat tinggi. Apalagi masih beberapa indikasi menunjukkan memang akan terjadi letusan. Bahkan letusan sejak kemarin sudah disertai dengan letusan-letusan yang eksplosif," kata Sutopo.
Sutopo menjelaskan ada tiga kawasan rawan bencana yang ditetapkan. Pertama, kawasan rawan bencana 3, bahayanya adalah awan panas bertemperatur 800 derajat Celcius dan lava bersuhu 200 derajat Celcius.
Kawasan rawan bencana 2 bahayanya adalah awan panas, aliran lava, lahar, lontaran material, dan batu pijar. Sedangkan kawasan rawan bencana 1 bahayanya adalah lahar dingin. Sutopo mengungkapkan lahar dingin ini sudah terjadi di beberapa tempat di sekitar Gunung Agung.
Menurut Sutopo, dengan ditetapkan status awas dan radius bahaya sepuluh kilometer, terutama di utara dan timur laut, dan sepuluh kilometer di sisi tenggara, selatan, hingga barat daya Gunung Agung, maka terdapat sekitar 22 desa yang harus dievakuasi, yakni Ababi, Pidpid, Nawakerti, Datah, Bebandem, Jungutan, Buana Giri, Tulamben, Dukuh, Kubu, Baturinggit, Ban, Sukadana, Menanga, Besakih, Pempatan, Selat, Peringsari, Muncan, Dudat Utara, Amertha Bhuana, dan Sebudi.
"Perkiraan awal adalah jumlah penduduk 90 ribu sampai dengan seratus ribu yang harus kita evakuasi, harus keluar dari zona berbahaya tadi. Namun sampai saat ini belum semua masyarakat yang berada di dalam radius berbahaya tadi mengungsi," imbuhnya.
Sejak Sabtu malam lalu, tambah Sutopo, masyarakat sudah melakukan evakuasi mandiri. Hingga kini, dia memperkirakan pengungsi sudah berjumlah lebih dari 40 ribu orang, tersebar di beberapa tempat. Sampai saat ini penanganan pengungsi masih berstatus tanggap darurat untuk mengantisipasi letusan Gunung Agung.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat supaya menggunakan masker untuk mengantisipasi adanya debu vulkanik.
Your browser doesn’t support HTML5
Sebelumnya, Pusat Data Informasi dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyampaikan bahwa berdasarkan analisis abu vulkanik dari satelit Himawari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, sebaran abu dari letusan Gunung Agung mengarah ke timur hingga tenggara menuju ke daerah Lombok, NTB.
Khofifah menambahkan, pihaknya juga telah menghubungi Kepala Dinas Sosial NTB supaya menyediakan masker sebanyak-banyaknya untuk selanjutnya didistribusikan kepada masyarakat. Khofifah juga meminta agar Kepala Dinas Sosial NTB segera melakukan persiapan lokasi yang akan digunakan sebagai tempat evakuasi masyarakat setempat.
"Diantisipasi kemungkinan ada evakuasi maka sudah harus ada opsi dititik mana kalau opsi itu harus dilakukan, mereka sudah punya rujukan evakuasi," kata Khofifah.
Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali ditutup pada Senin pagi (27/11) tepatnya pukul 7.15 WITA sampai 24 jam kedepan. Penutupan ini dikarenakan debu vulkanik Gunung Agung yang mengganggu keselamatan penerbangan. Pihak bandara akan mengevaluasi kebijakan itu setiap 6 jam. [fw/ab]