Brazil Gelar Pemilu Lokal Pertama setelah Pemakzulan Presiden Rousseff

Walikota Sao Paulo, Fernando Haddad, dari Partai Pekerja Brazil, menyapa pendukungnya saat berkampanye agar dipilih kembali di Sao Paulo, Brazil, 30 September 2016.

Partai Pekerja Brazil (PT) diperkirakan akan kalah besar hari Minggu (2/10) sewaktu rakyat Brazil memberikan suara mereka dalam pemilihan lokal pertama sejak pemakzulan Dilma Rousseff.

Rakyat Brazil di 5.568 kota akan memilih walikota dan anggota dewan kota. Jajak pendapat nasional mengindikasikan PT pimpinan Rousseff akan mengalami kekalahan besar.

Analis politik David Fleischer mengatakan jabatan-jabatan walikota yang diduduki anggota PT akan berkurang menjadi tidak sampai setengah dari yang mereka raih empat tahun silam.

Menurut laporan setempat, rakyat Brazil menginginkan perubahan sementara mereka terus bersusah-payah menghadapi resesi terburuk negara itu dan dampak skandal Petrobras, perusahaan minyak negara yang menjadi pusat skandal suap politik yang meluas.

PT juga tidak memiliki calon-calon presiden alternatif, kata para pakar. Senat Brazil memutuskan untuk menyingkirkan Rousseff dari jabatannya sebagai presiden karena pedaladas fiscais, praktik menggunakan dana publik untuk membiayai program-program sosial pemerintah negara bagian atau federal tanpa persetujuan Kongres.

Claudio Couto, ilmuwan politik di lembaga kajian FGV di Sao Paulo menyatakan PT melakukan banyak kekeliruan dalam beberapa tahun belakangan dan tak pernah mengakui kekeliruannya itu.

Di Sao Paulo, kandidat PT, petahana Fernando Haddad hanya memiliki dukungan 15 persen pemilih, sebut jajak pendapat nasional.

Memilih di Brazil bersifat wajib, tetapi banyak yang tidak terlihat antusias untuk memberikan suara mereka.

Ana da Rocha, seorang pramuwisma dan penduduk Brasilia mengatakan kepadaReuters tidak ada gunanya memilih karena tidak ada pilihan lain, semua kandidat korup.

Ini juga merupakan pemilihan pertama sejak Mahkamah Agung melarang pemberian dana korporasi untuk menciptakan politik yang bersih dan menghindarkan para pejabat dari korupsi.

Akan tetapi, menurut laporan, peraturan baru itu membantu para pengusaha kaya dan kandidat yang menerima dukungan gereja.

Hakim Mahkamah Agung Gilmar Mendes, yang memimpin otoritas pemilu tertinggi Brazil mengatakan, mengakhiri sumbangan korporasi pada kenyataannya menguntungkan para kandidat kaya yang memiliki sumberdaya sendiri.

Para kandidat kaya kini diizinkan untuk menyumbang hingga 10 persen dari pendapatan mereka untuk kampanye mereka sendiri.

Para pejabat pemilu menyatakan Joao Doria, milyuner yang memimpin persaingan dalam pemilihan walikota di Sao Paulo, mendanai separuh kampanyenya dari kantongnya sendiri, dengan menyumbang 914 ribu dolar. Ia memimpin jajak pendapat dengan 35 persen suara dukungan.

Gerakan penggalangan dana yang diorganisir oleh gereja, bahkan geng penjahat, juga mempengaruhi pemilu di seantero Brazil.

Di Rio de Janeiro, polisi mengatakan 15 kandidat telah dibunuh dalam 10 bulan terakhir. Pihak berwenang mengerahkan petugas tambahan untuk menjaga TPS-TPS. [uh]