Pemerintah Burma menjanjikan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) akses ke penjara-penjara untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun.
BANGKOK —
Kepala Komite Palang Merah Internasional (ICRC), Peter Maurer, mengatakan kepada wartawan di Rangoon hari Kamis, ia dijanjikan akses ke penjara-penjara Burma setelah bertemu Presiden Thein Sein. Maurer mengatakan pihak berwenang Burma dua minggu lalu menyatakan itikad mereka untuk mengizinkan ICRS kembali mengunjungi penjara-penjaranya.
Akses untuk organisasi bantuan medis yang berkantor pusat di Jenewa itu ditangguhkan oleh pemerintahan militer sebelumnya tahun 2005.
Tetapi Maurer mengatakan kunjungannya, yang pertama oleh kepala ICRC, mengisyaratkan awal baru bagi kerja sama dengan pemerintahan yang bertekad melakukan reformasi. “Kami sangat menyambut baik pernyataan ini dan juga kunjungan ini merupakan kesempatan untuk menjelaskan operasi yang dikerjakan ICRC di seluruh dunia, termasuk kunjungan-kunjungan ke penjara,” ujarnya.
Maurer mengatakan ingin mengunjungi tahanan tanpa pandang bulu, melakukan kunjungan berulang-ulang dan melakukan dialog individu yang dijamin kerahasiannya dengan tahanan.
ICRC berharap bisa melakukan pemeriksaan di penjara-penjara Burma, termasuk air bersih, sanitasi, isu medis dan kesehatan, minggu depan.
Selain presiden, Maurer juga bertemu pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi, dan menteri dalam negeri serta menteri pertahanan Burma.
Ia mengatakan, mereka membicarakan akses ke Negara bagian Kachin di Burma utara, di mana militer Burma dalam beberapa hari belakangan melancarkan serangan udara terhadap kelompok pemberontak. “Di sini, sekali lagi, saya tekankan bahwa situasi di Kachin adalah situasi di mana ICRC dengan mandatnya untuk menanggapi konflik kekerasan menjadi pihak yang tepat untuk dilibatkan,” ujarnya lagi.
Maurer mengatakan ada umpan balik yang positif tetapi tidak ada indikasi kapan ICRC dibolehkan masuk ke Negara bagian Kachin.
Pertempuran antara militer Burma dengan Laskar Kemerdekaan Kachin (KIA) pecah tahun 2011, mengakhiri gencatan senjata 17 tahun mengakibatkan sekitar 75.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Pertempuran sengit pada minggu lalu termasuk serangan udara terhadap wilayah pemberontak oleh jet-jet tempur, helikopter, dan artileri.
KIA menyatakan sedikitnya tiga warga sipil tewas dan Tiongkok mengatakan beberapa tembakan meriam jatuh di wilayah Tiongkok.
Burma telah mengizinkan bantuan kemanusiaan asing memasuki wilayah-wilayah yang dikuasai pemerintah, tetapi membatasi pengiriman bantuan ke wilayah yang dikuasai pemberontak.
Namun, Maurer mengatakan pembicaraan dengan pihak berwenang Burma mengenai kemungkinan akses ke Negara bagian Kachin membesarkan hati.
Kepala ICRC itu dijadwalkan berkunjung ke Negara bagian Rakhine hari Kamis, di mana bentrokan komunal terjadi tahun lalu antara warga Buddha dan Muslim, mengakibatkan hampir 200 orang tewas dan 100.000 lainnya kehilangan tempat tinggal.
Akses untuk organisasi bantuan medis yang berkantor pusat di Jenewa itu ditangguhkan oleh pemerintahan militer sebelumnya tahun 2005.
Tetapi Maurer mengatakan kunjungannya, yang pertama oleh kepala ICRC, mengisyaratkan awal baru bagi kerja sama dengan pemerintahan yang bertekad melakukan reformasi. “Kami sangat menyambut baik pernyataan ini dan juga kunjungan ini merupakan kesempatan untuk menjelaskan operasi yang dikerjakan ICRC di seluruh dunia, termasuk kunjungan-kunjungan ke penjara,” ujarnya.
Maurer mengatakan ingin mengunjungi tahanan tanpa pandang bulu, melakukan kunjungan berulang-ulang dan melakukan dialog individu yang dijamin kerahasiannya dengan tahanan.
ICRC berharap bisa melakukan pemeriksaan di penjara-penjara Burma, termasuk air bersih, sanitasi, isu medis dan kesehatan, minggu depan.
Selain presiden, Maurer juga bertemu pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi, dan menteri dalam negeri serta menteri pertahanan Burma.
Ia mengatakan, mereka membicarakan akses ke Negara bagian Kachin di Burma utara, di mana militer Burma dalam beberapa hari belakangan melancarkan serangan udara terhadap kelompok pemberontak. “Di sini, sekali lagi, saya tekankan bahwa situasi di Kachin adalah situasi di mana ICRC dengan mandatnya untuk menanggapi konflik kekerasan menjadi pihak yang tepat untuk dilibatkan,” ujarnya lagi.
Maurer mengatakan ada umpan balik yang positif tetapi tidak ada indikasi kapan ICRC dibolehkan masuk ke Negara bagian Kachin.
Pertempuran antara militer Burma dengan Laskar Kemerdekaan Kachin (KIA) pecah tahun 2011, mengakhiri gencatan senjata 17 tahun mengakibatkan sekitar 75.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Pertempuran sengit pada minggu lalu termasuk serangan udara terhadap wilayah pemberontak oleh jet-jet tempur, helikopter, dan artileri.
KIA menyatakan sedikitnya tiga warga sipil tewas dan Tiongkok mengatakan beberapa tembakan meriam jatuh di wilayah Tiongkok.
Burma telah mengizinkan bantuan kemanusiaan asing memasuki wilayah-wilayah yang dikuasai pemerintah, tetapi membatasi pengiriman bantuan ke wilayah yang dikuasai pemberontak.
Namun, Maurer mengatakan pembicaraan dengan pihak berwenang Burma mengenai kemungkinan akses ke Negara bagian Kachin membesarkan hati.
Kepala ICRC itu dijadwalkan berkunjung ke Negara bagian Rakhine hari Kamis, di mana bentrokan komunal terjadi tahun lalu antara warga Buddha dan Muslim, mengakibatkan hampir 200 orang tewas dan 100.000 lainnya kehilangan tempat tinggal.